Langsung ke konten utama

Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Miskin



RINGKASAN ARTIKEL JURNAL

Sundaya, Y. 2007. Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Miskin : Perluasan Model Ekonomi Rumahtangga Usaha Tani. Kinerja : Jurnal Ilmu Ekonomi, Akuntansi dan Manajemen. Volume 9 Nomor 2 Desember 2007/ISSN : 1410-9999. Bandung

   

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian. Sektor ini menyajikan produk yang menjadi sumber input bagi sektor pengolahan (manufacturing), jasa perdagangan dan kebutuhan konsumsi langsung masyarakat konsumen. Sayangnya, sebahagian besar petani masih miskin. Informasi dari Arifin (2006), lebih dari 55 persen jumlah penduduk miskin adalah petani, dan 75 persen dari petani miskin adalah petani tanaman pangan. Kondisi kemiskinan petani tersebut dapat mengganggu peran pentingnya dalam perekonomian.

Bermula dari definisi kemiskinan, tersirat bahwa model ekonomi untuk menganalisis kemiskinan, sekurang-kurangnya harus menangkap kesenjangan antara pendapatan dengan nilai kebutuhan dasar. Dari hasil studi literatur terhadap beberapa artikel jurnal dalam topik yang serupa, karakteristik ini belum terinternalisasikan secara eksplisit ke dalam model yang digunakan para ahli ekonomi untuk menganalisis masalah tersebut. Kemudian, banyak kajian mengenai kemiskinan yang fokus dengan pengukuran mengenai seberapa dalam kemiskinan itu terjadi. Informasi ini penting, namun demikian fokus terhadap pengukuran tidak dapat menjadi preskripsi kebijakan ekonomi yang memuaskan. Hasil studi literatur tersebut memotivasi penulis untuk membuat artikel ini.

Artikel ini mempromosikan model ekonomi rumahtangga miskin pada sektor pertanian. Model tersebut mereplika atau mengabstraksi perilaku ekonomi petani aktual. Di dalamnya menyajikan prediksi kualitatif mengenai perilaku ekonomi petani miskin (peasant) di dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya. Dengan menggunakan teknik analisis statika komparatif, tergali informasi mengenai pra-kondisi yang diperlukan untuk meningkatkan kondisi ekonomi petani agar keluar dari batas kemiskinan. Hasilnya cukup memberikan arti (significant) dalam aspek kebijakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian harga produksi pertanian (misalnya oleh stabilisasi harga beras oleh Bulog), tidak memiliki potensi untuk meredam kemiskinan petani. Alternatif kebijakan ekonomi yang memiliki arti bagi petani adalah kebutuhan akan reformasi lahan. Karena itu artikel ini berpotensi untuk menjadi acuan bagi pemerintah ketika fokus dengan masalah kemiskinan di sektor pertanian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Ekonomi Pasar dan Laptop Si Unyil

SISTEM EKONOMI PASAR dan LAPTOP SI UNYIL Yuhka Sundaya Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung yuhkas@yahoo.com 2009 “Ada-ada saja”. Itulah kalimat yang muncul di belahan pikiran saya ketika mencantumkan judul artikel tersebut. Saya kira, mungkin itu adalah cermin dari keadaan obyektif pada belahan pikiran pribadi saya. Tapi apa boleh buat, sisi lain pikiran saya menginginkan agar gagasan dibalik judul tersebut coba disilaturrahiimkan dengan kawan-kawan FB. Untuk memisahkan beberapa belahan diri saya, mohon maaf, tidak berlebihan bila pribadi saya dibagi dua : si “A” dan si “B”. Istilah si “A” saya gunakan untuk memisakan belahan diri saya yang cukup emosional. Mudah-mudahan artikel ini ada manfaatnya deh, dan hapus saja dari wall kawan-kawan bila artikel ini hanyalah junk food he he. Sistem ekonomi pasar ? Frase ini boleh jadi tidak asing lagi bagi para pembaca. Frase tersebut juga bertetangga dengan frase ekonomi liberal. Pada dasarnya frase tersebut menjelaskan lokus pe...

Alasan dibalik Pengurangan Subsidi बबम : Pendugaan

Alasan dibalik Pengurangan Subsidi BBM Yuhka Sundaya Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung (UNISBA) Kekuatan mahasiswa dan organisasi masyarakat (Ormas) bersatu melawan kebijakan pemerintah yang telah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Mereka berjuang untuk membela orang-orang miskin. Praktisnya, pengurangan subsidi BBM secara langsung dapat meningkatkan harga BBM hingga 28,7 persen, lebih rendah dari tahun 2005. Secara historis, mereka memandang bahwa kenaikan harga BBM selalu memicu inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Inflasi ini kemudian menekan daya beli orang-orang miskin, karena pada saat yang bersamaan orang miskin tidak mungkin memacu pendapatannya secepat inflasi. Bukan hanya mahasiswa dan ormas yang miris dengan kebijakan pemerintah itu, lebih dari itu melalui beragam media, beberapa ahli ekonomi turut menjustifikasi alasan penolakan atas kebijakan pemerintah tersebut. Sehingga tidak menutup kemungkinan, argumentasi mereka ...

Ekonomi Produksi di Bawah Kendali Hukum

Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung EKONOMI PRODUKSI DI BAWAH KENDALI HUKUM : Kasus Illegal Fishing di Indonesia Yuhka Sundaya Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung Abstract. I present a conceptual model (framework) for analysis of production controlled by economic manner, with fisheries as a sample. Actually, economic activity has been working under law in every countries and every sectors, espescially in fisheries. Esentially, law is a system of rules, usually enforced through a set of institutions. In general, fisheries manager could introducing input and output controls to prevent illegal fishing, partially or simultaneousely. These need a conceptual model to explained it. Illegal fishing has been restraining the sustainable fisheries management goals. In attempt to create propositions, i have applied comparative static analysis to conceptual model. Its expressioning moderate fishermen respons to illegal fishing cont...