SISTEM EKONOMI PASAR dan LAPTOP SI UNYIL
Yuhka Sundaya
Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung
yuhkas@yahoo.com
2009
“Ada-ada saja”. Itulah kalimat yang muncul di belahan pikiran saya ketika mencantumkan judul artikel tersebut. Saya kira, mungkin itu adalah cermin dari keadaan obyektif pada belahan pikiran pribadi saya. Tapi apa boleh buat, sisi lain pikiran saya menginginkan agar gagasan dibalik judul tersebut coba disilaturrahiimkan dengan kawan-kawan FB. Untuk memisahkan beberapa belahan diri saya, mohon maaf, tidak berlebihan bila pribadi saya dibagi dua : si “A” dan si “B”. Istilah si “A” saya gunakan untuk memisakan belahan diri saya yang cukup emosional. Mudah-mudahan artikel ini ada manfaatnya deh, dan hapus saja dari wall kawan-kawan bila artikel ini hanyalah junk food he he.
Sistem ekonomi pasar ? Frase ini boleh jadi tidak asing lagi bagi para pembaca. Frase tersebut juga bertetangga dengan frase ekonomi liberal. Pada dasarnya frase tersebut menjelaskan lokus pengambilan keputusan pada pelaku ekonomi, yaitu berbasis pasar yang bersaing secara sempurna. Dalam sistem tersebut tidak ada campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi. (Just keep in mind !, tulisan ini tidak bermaksud mempromosikan sistem ekonomi tersebut). Kata “pasar” dalam frase tersebut memiliki pengertian abstrak, yaitu perjumpaan konsumen (pembeli) dengan produsen (perusahaan, penghasil atau penjual suatu produk). Di dalam artikel ini, ternyata, sistem ekonomi pasar tersebut memiliki keterkaitan dengan acara televisi “Laptop si Unyil” yang setiap hari jam 12.30 ditayangkan oleh Trans7. Bagaimana keterkaitannya ? Pertama, saya mengajak pembaca yang budiman untuk memahami terlebih dahulu tentang konsep ringkas ekonomi pasar. Berikutnya, saya mengajak pembaca untuk mengulas acara “Laptop si Unyil”. Cara itulah yang saya gunakan untuk coba mengkaji keterkaitan dua hal yang at glance tak ada hubungannya.
Terdapat beberapa asumsi yang tidak sepele dari sistem ekonomi pasar yang bersaing secara sempurna. “Ada empat kondisi yang menunjang pasar bersaing sempurna” ungkap Frank (2003). Pertama, setiap perusahaan menjual produk yang terdapat penggantinya atas produk tersebut. Kedua, perusahaan dalam posisi sebagai pengambil harga, berapapun jumlah produk yang dijual harga tidak berubah.Karena itu, produsen yang memiliki kekuatan untuk menentukan harga produk dan/atau upah pekerjanya, dikategorikan sebagai monopolis pasar produk dan/atau monopsonis pasar tenaga kerja. Monopoli dan monopsoni adalah ciri hidupnya kapitalisme ekonomi. Ketiga, faktor produksi dapat bergerak secara sempurna (lintas lokasi) dalam jangka panjang, entah itu tenaga kerja maupun alat-alat berat dan sumber daya alam. Terakhir, perusahaan dan pembeli memiliki informasi yang sempurna mengenai kesempatan ekonomi (economy opportunities). Sebagai contoh, sebuah perusahaan akan menukar usaha yang sudah lama dikerjakan dengan usaha baru yang memberikan keuntungan lebih tinggi dibanding usaha lamanya. Sistem ekonomi pasar diyakini oleh sebagian ahli ekonomi dapat menunjang tercapainya kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial tersebut biasanya tercermin melalui surplus produsen dan konsumen. Dalam bahasa Sunda, bertetangga dengan kata “embohan”. “Embohan atuh mang !”, kalimat yang biasa digunakan orang Sunda sejak kecil ketika membeli cilok.
Bila keempat asumsi tersebut aktual, maka suatu pasar dapat dikategorikan bersaing secara sempurna. Bila salah satu, beberapa atau semua asumsinya tidak aktual, maka suatu pasar bekerja secara tidak sempurna. Pasar dikatakan gagal (failure) atau tidak sempurna (imperfect) bila salah satu kondisi dasar pasar bersaing sempurna tidak aktual.
Nah muncul refleksi dalam diri si “A” yang selalu tidak sabaran. Bagaimana dengan sistem perdagangan bebas (free trade) yang telah lama dibangun oleh banyak negara ? Menurut si “A”, ekonomi pasar adalah visi atau cita-cita. Bila itu ditempatkan sebagai cita-cita, maka upaya pemerintah adalah bagaimana membuat pasar menjadi sempurna, atau sumber daya pemerintah dicurahkan untuk meminimisasi, again and again to againts, imperfect market. Kata si “A”, "dalam dunia aktual banyak pasar produk yang belum memenuhi kondisi pasar persaingan sempurna". Dan rasanya konstitusi negara Indonesia tidak memberi ruang untuk membuka pasar sebebas-bebasnya. "Mau, kalau produksi minyak, sumber daya laut, sumber daya hutan dsj, diserahkan pada pasar bebas ?", lantang si "A". Itu adalah barang publik ! Sedangkan kondisi atau asumsi tambahan pasar besaing sempurna menurut Hanley (1997) adalah setiap jenis barang dimiliki secara privat". Nah lho...
Karena itu, bila dalam prakteknya, WTO dan IMF coba mengerutkan peran pemerintah dari kegiatan ekonomi, hasilnya ibarat mau main bola tanpa lapangan. “Bruak..Konyol !”, gebrak si “A”. Kita biarkanlah si “A” ngomel sendiri deh he he.
Berikut ini adalah alinea yang tidak disukai si “A”. Sekonyong-konyong loncat.
“Laptop si Unyil”, saya kira pembaca sudah mengenal acara ini. Bila belum, mohon maaf, saya asumsikan sudah mengenal he he, maksa. Itu adalah acara yang saya sukai, meski diperuntukan bagi anak-anak.
“Ga normal !”, olokan si “A”.
“Bukan begitu, acara tersebut syarat dengan informasi penting. Perhatikan saja setiap tayangan acara itu”, klarifikasi saya.
Si Unyil selalu melakukan perjalanan dari perusahaan ke perusahaan. Mirip mahasiswa yang melakukan kuliah kerja lapangan (KKL). Si Unyil menyajikan informasi mengenai bagaimana suatu produk di buat. Seringkali si Unyil masuk ke ruangan produksinya. Acara terakhir yang saya lihat adalah perusahaan pembuat flat seng dan sabun madu. Dalam acara itu, kita disajikan tata cara membuat suatu produk, bahan baku yang digunakannya, cara memasarkannya, hingga kadang-kadang harga pasarpun si Unyil ungkapkan. Bagi anak-anak, informasi tersebut mungkin hanya berakhir sebagai ilustrasi saja. Berbeda dengan orang dewasa. Ada kemungkinan, bahwa orang dewasa akan menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan praktis. Boleh jadi, orang dewasa mungkin akan tergerak untuk membuat atau memperluas usahanya setelah ia menerima informasi dari si Unyil. Kesempatan ekonomi, asumsi keempat pasar bersaing sempurna, menjadi terbuka bagi orang dewasa.
Saya tidak tahu, apa tujuan acara “Laptop si Unyil” disajikan Trans7. Tapi, saya kira secara aktual, tayangan tersebut memiliki peran penting dalam meng-against imperfect market. Bolehlah si “A” cerewet dengan sistem perdagangan bebas. Tapi, pada pihak lain, si Unyil secara diam-diam (gaya ini saya adopsi dari guru saya, Septiawan Santana), coba menghantam asumsi keempat pasar bersaing sempurna, seperti diungkapkan oleh Frank (2003). Apa yang dilakukan si Unyil adalah membongkar teknologi produksi sebuah perusahaan, yang boleh jadi dalam beberapa kasus, informasi teknologi itu ditutup-tutupi seorang monopolis agar saingan mereka tidak bertambah. Atas ini, kita patut berterima kasih pada si Unyil. Dan mari kita bela si Unyil bila diserang oleh seorang monopolis.
Meski demikian, perjuangan si Unyil cukup berat untuk menyempurnakan pasar. Tapi, setidaknya, itulah karya si Unyil pada kita semua. “Merdeka”...Hidup si Unyil !
Salam Hangat,
Yuhka Sundaya
Diperbarui 3 jam yang lalu · Beri Komentar · Suka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar