PEMBELAJARAN DI KAMPUS
Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba
Selamat datang mahasiswa baru ekonomi pembangunan di Universitas Islam Bandung. Peraturan tatap muka pada saat ini sudah mulai diizinkan, tentu dengan disiplin protokol kesehatan. Sebagai entitas kampus, Saya coba maksimalkan berkomunikasi dengan media apapun dengan mahasiswa baru. Pembelajaran tahun lalu menyedihkan. Tidak biasanya seperti sebelum Tahun 2020. Pertemuannya langsung di kampus dengan gelombang komunikasi yang alami. Pada masa pembelajaran online ini komunikasi dilakukan dengan menggunakan komputer, laptop, dan handphone yang Anda genggam, sehingga ada kompresi pada gelombang komunikasinya. Namun ada kelebihannya, yaitu bisa diulang-ulang. Itupun jika kemauan mengunyah informasinya sangat tinggi. Jika program diluar studi ini lebih menarik, tentu informasi seperti ini hanya discanning atau skimming saja, atau bahkan tidak dilirik sama sekali. Tapi itupun masih untung dibilangnya.
Untuk menghindari kerumitan komunikasi demikian, Saya harus berbaik sangka, bahwa Anda lebih peka dengan informasi yang bersumber dari kampus dibanding program hiburan lain yang terinstall pada perangkat laptop dan handphone Anda. Ini memang kendala besar dimana studi dikampus tidak hanya mengunyah ilmu pengetahuan, melainkan tempat perubahan sikap dan dipupuknya ketrampilan dari mulai mahasiswa hingga sarjana.
Komunikasi Kampus
Saya pakai
istilah kampus saja. Istilah yang biasa menunjukkan aktivitas di suatu
perguruan tinggi. Meski tidak berlaku umum juga. Ada beberapa istilah yang menurut
Saya perlu dipahami :
1. Sivitas
akademika
2. Budaya Akademik
3. Kebebasan akademik
4. Mimbar Akademik
5. Adminstrasi akademik
Sivitas Akademika
Karena kita sebagai warga negara Indonesia, Saya tampilkan
pengertian istilah tersebut dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi atau saya ringkas saja dengan UU12/2012.
Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri
atas dosen dan mahasiswa. Jadi
ketika dosen dengan mahasiswa berkomunikasi, maka disebut komunikasi sivitas
akademika. Dosen itu adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dan, Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Kata 'dan' pada arti sivitas akademika menunjukkan bahwa antara dosen dan mahasiswa ada kesetaraan posisi dalam komunikasinya. Tidak sesuai dengan budaya komunikasi kampus, bila seorang dosen menampilkan kesewenang-wenangan dalam komunikasi.
Sebagai pendidik
profesional dan ilmuwan, tiga pekerjaan dosen itu disebut dengan tridarma
perguruan tinggi. Ketiganya adalah melakukan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Tiga pekerjaan itu menjadi sumber daya ilmu dari dosen yang dapat diambil manfaatnya oleh mahasiswa. Manfaat ilmu pengetahuan
ekonominya, sikap akademiknya dan ketrampilannya. Tentu kita harus tahu juga
pendidikan itu apa ? penelitian itu apa ? dan pengabdian kepada masyarakat itu
apa ? Pengetahuan ini akan memudahkan Anda untuk membangun komunikasi sivitas
akademika dalam rangka pengambilan manfaat tadi.
Budaya Akademik, Ilmu Pengetahuan, Kebebasan Akademik dan Mimbar Akademik
Lantas akademik
itu apa sih ? ko terkesan spesial banget ? Kata itu adalah warisan dari Plato yang pemikirannya muncul sejak 429 sebelum masehi (SM) atau 4 abad lebih
sebelum Nabi Isa AS lahir. Dalam Bahasa Yunani Kuno, akademik adalah ’Ἀκαδημία’. Istilah yang berasal dari
seorang pahlawan perang Troya (Trojan War) – Hakademus. Sebuah tempat untuk pembelajaran. Aristoteles
adalah salah satu murid Plato yang belajar di tempat yang disebut dengan ‘akademia’.
Jadi, istilah akademik yang kita impor ini telah berumur kurang lebih 2021 + 429
tahun atau sama dengan 2 449 tahun. 'Wow' ngga sih ? Silahkan Anda dapat memetik apa dari sepenggal cerita tadi. Setidaknya,
pemahaman yang dapat Saya share, akademik adalah tempat kita belajar mengoptimalkan
penggunaan akal pikiran atau apa yang disebut dengan jiwa. Seperti dalam salah
satu penggalan lirik Indonesia Raya, ”bangunlah jiwanya, bangunlah raganya…”.
Oleh karena itu, kita bisa memahami bahwa dalam UU12/2012 itu sivitas akademika adalah komunitas yang memiliki tradisi ilmiah yang mengembangkan budaya akademik. Budaya akademik adalah seluruh sistem nilai, gagasan, norma, tindakan, dan karya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan asas pendidikan tinggi. Pengembangan budaya akademik dilakukan dengan interaksi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, antargolongan, jenis kelamin, kedudukan sosial, tingkat kemampuan ekonomi, dan aliran politik. Interaksi sosial sivitas akademik dilakukan dalam pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, penguasaan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah. Sivitas akademika memelihara dan mengembangkan budaya akademik itu dengan memperlakukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai proses dan produk serta sebagai amal dan paradigma moral.
Frase ilmu
pengetahuan melekat dalam sivitas akademika. Lantas apa pula ’ilmu pengetahuan”
itu ? Baik, kita pahami secara ringkas saja. Tanaman padi yang kita lihat adalah
sebuah pengetahuan. Kita tahu ketika kita menggunakan indera mata dan memori. Memori yang
bersumber dari informasi yang kita terima dari orang tua, guru dan sebuah buku,
atau dari pendidikan sebelumnya. Kemudian, padi dapat tumbuh dengan pengairan
yang cukup. Hubungan padi dengan air itu kita namakan dengan istilah ’ilmu’. Jadi,
sederhananya, dapat dipahami bahwa ilmu itu menampilkan hubungan suatu obyek
dengan obyek lainnya secara sistematis yang diyakinkan melalui suatu pembuktian dan pengujian
ilmiah. Pekerjaan untuk menguji secara ilmiah itulah yang nantinya kita akan
mengunyah apa yang disebut dengan metodologi. Informasi yang dihasilkan secara
ilmiah itulah yang dinamakan kebenaran ilmiah. Jadi, kita tidak akan lagi
menggunakan kebenaran otoritatif. Jika kata seorang raja obyek ini adalah
hitam, maka kita harus menerimanya sebagai hitam, tanpa memberi ruang pada
logika kita kenapa obyek itu disebut hitam oleh Sang Raja yang gagah berani.
Kita akan selalu menanyakan kenapa begini dan kenapa begitu sehingga jawabannya
menjadi makanan bagi jiwa kita, bagi akal sehat kita. Jawaban rasional itu adalah
air yang menumbuhkan intelektual Anda hingga mencapai karakter seorang sarjana.
Kita mesti bersyukur bahwa sivitas akademika diberikan kebebasan akademik dan mimbar akademik. Kebebasan akademik adalah kebebasan kita untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab melalui pelaksanaan Tridharma atau melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian adalah pekerjaan kita yang menggunakan metodologi ilmiah untuk memperjelas suatu sistem, sebesar apapun itu. Pengabdian adalah pekerjaan kita untuk menerapkan ilmu pengetahuan agar dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu masalah di masyarakat, sehingga masyarakat menerima manfaat dari ilmu pengetahuan yang diproduksi oleh kampus ini. Fasilitas yang ada di kampus, seperti ruang kelas, student center atau aula dapat kita gunakan sebagai mimbar akademik kita. Sebagai panggung bagi kita untuk menyampaikannya secara terbuka kepada seluruh sivitas akademika, sehingga mereka dapat menguji pikiran akademik itu. Nah, karenanya, kita ngga boleh bawa-bawa perasaan di kampus ini. Biarkan perasaan itu untuk ’si dia’ saja. Serangan kritis terhadap suatu pendapat atau argumen harus kita sikapi secara logis, tanpa dendam dan tanpa sakit hati. Sikap ini tidak secara otomatis, melainkan harus dilatih, diasah dan diasuh. Karena itu, barang siapa yang merintangi mimbar akademik, maka pihak itu sama artinya dengan menghambat tumbuhnya budaya akademik di kampus kita yang sedang kita butuhkan.
Administrasi Akademik
Kita perlu
macam-macam dokumen di kampus ini. Sebut saja salah satunya adalah
formulir rencana studi (FRS). Formulir
ini adalah alat untuk mendokumentasikan mata kuliah apa saja yang diambil pada
salah satu semester. Data mata kuliah pada formulir ini akan konek dengan administrasi
keuangan dan administrasi kelas, dan bahkan akan konek dengan administrasi
honorarium dosen. Pihak yang memproduksi macam-macam administrasi
akademik ini disebut dengan pihak Tenaga Kependidikan (Tendik). Nah kita juga
harus membangun komunikasi yang harmonis dengan rekan-rekan Tendik agar semua
aktivitas kita tercatat dan tersimpan atau terdokumentasi, sehingga dapat
digunakan oleh kampus untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya pada lembaga
akreditasi pemerintah dan non pemerintah. Lembaga itu kemudian akan menilai apakah kinerja akademiknya bagus atau tidak.
Teori : Alat Belajar Efektif
Ilmu dan pengetahuan tidak muncul dengan tiba-tiba. Ilmu pengetahuan diproduksi oleh sivitas
akademika dari zaman ke zaman. Dari pendulum yang telah menempuh peperangan berdarah.
Antara kebenaran logis dengan kebenaran empiris, hingga akhirnya saat ini kita
mengunyah ultimatenya. Cikal bakal ilmu pengetahuan telah berkembang sejak lama.
Sebut saja dari 6000 tahun lalu. Dari Mesir sebelah barat laut merah tempat
tumbuhan kerajaan Firaun, hingga ke arah timur, yaitu Eropa. Kemudian orang Eropa
migrasi ke Benua Amerika. Dan, perdabannya berkembang hingga Asia, tempat sekarang kita
hidup.
Pengorbanan pada pemikir
dulu yang memelajari suatu obyek selam bertahun-tahun, telah memberikan
kemudahan kepada kita. Kemudahan itulah yang disebut dengan ’teori’.
Pengetahuan dan ilmu kita tentang sesuatu obyek dan sistemnya dapat kita pahami
dalam waktu beberapa jam saja dengan cara memelajari teori.
Lantas teori itu
apa ya? Teori adalah alat. Alat untuk menjelaskan dan memprediksi suatu obyek.
Ketika kita mencoba memahami teori makaa da tiga elemen yang perlu kita bidik
dan kritisi, yaitu data, variabel dan asumsi perilaku atau kita ringkas dengan
DVA. Teori bukan doktrin. Bukan pula pernyataan tanpa bukti. Sebagai suatu alat
berpikir teori dilengkapi dengan teknik pengujiannya. Jadi jangan gegabah jika
seseorang mengatakan tentang teori, melainkan harus ditampilkan DVAnya.
Bagaimana kita
punya pemahaman awal tentang teori itu. Saya punya sesuatu yang bersifat
teknis, semoga upaya Saya bisa dipahami bener. Mari kita mulai dengan suatu ekspresi matematis yang sederhana:
Y = a + bX
Tanpa perlu secara
khusus kita alamatkan Y dan X itu pada suatu kehidupan, kita membaca ekspresi
itu sebagai suatu hubungan. Hubungan variabel Y dengan X. Jadi variabel adalah
simbol atau notasi tentang sesuatu. Baiklah, kita perlu suatu kehidupan. Sebutnya
Y itu adalah padi dan X itu adalah air. Jadi ekspresi tersebut menjelaskan hubungan
padi dengan air. Hubungannya positif. Kenapa ? karena tandanya positif. Kenapa
positif ? itu adalah asumsi atau anggapan yang kita masukan ke dalam hubungan
mereka. Dan anggapan adalah sifatnya imajinasi. Namun imajinasinya logis. Kita
bisa menerapkan imajinasi logis itu dengan argumen bahwa padi perlu air untuk
tumbuh, oleh karena itu keberadaan air di sawah menjadi sumber untuk
pertumbuhan padi. Argumen ini muncul dari diri kita juga sebetulnya. Manusia
perlu air untuk hidup. Begitupun semua mahluk hidup lain, tidak tekecuali dengan
padi. Asumsi bisa lebih dari satu. Asumsi lain yang bisa kita terapkan adalah
bahwa air itu adalah air bersih. Air yang tidak tercemar oleh limbah
pabrik, ari yang tidak mengandung racun. Kedua asumsi ini memperkuat bahwa
tanda parameter ‘b’nya itu positif. Jika asumsi kedua, yaitu tentang kualitas
air dilanggar atau tidak terjadi dalam kenyataanya, maka kita harus rela
mengubah tanda parameternya menjadi negatif, dengan alasan air yang mengandung
racun dapat mematikan padi. Nah, itu adalah gambaran ‘barbar’ tentang asumsi
perilaku yang menjadi elemen dari ekspresi matematis yang sedang kita bahas. Bagaimana dengan ‘data’. Data diperoleh
dari pengetahuan empiris. Kita selidiki, berapa luas lahan sawah yang ditanami
padi dan berapa liter air pada sawah itu. Ternyata luas tanaman padinya
1 hektar, dan genangan air dalam sawah itu 1000 meter kubik. Nah, itu adalah data. Kira-kira demikian ketika
kita sedang mengunyah teori di dalam kelas. Terlihat sulit kan ? atau terlihat
mudah ? Ngga masalah, kan ada dosen yang akan membantu Anda untuk mengunyahnya,
yang akan membantu Anda untuk memahaminya.
Oleh karena itu,
tanpa mengurangi rasa hormat, jika kita menerima suatu pernyataan dalam kelas
yang tidak jelas elemen teorinya, maka kita batalkan untuk menyebutnya dengan
teori. Dengan hormat kita hanya bisa menyebutkan dengan pernyataan subyektif tanpa
rasionalisasi atau dogma atau doktrin. Dan, kita bisa bebas menanyakan kenapa
begini dan kenapa begitunya. Tentu Saya pribadi sangat senang, karena pertanyaan
itu adalah pertanyaan seorang mahasiswa yang kritis yang sedang memerlukan
makanan rasionalitas bagi jiwanya, bagi pertumbuhan akal sehatnya. Saya tidak
akan marah, apalagi menjadi judes atau julid. Saya akan tersenyum lebar,
sembari deg-degan, bisa ngga yah menjelaskannya.
Semoga bermanfaat. Selamat belajar. Gaspoooollll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar