ULASAN BUKU
Judul : Capitalism (A Very Short Introduction)
Penulis : James Fulcher
Penerbit : Oxford University Press
Tahun Terbit : 2004
Pengulas : Yuhka Sundaya
Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Bandung
2009
Buku ini menyajikan pengetahuan mengenai apa (ontology) dan bagaimana (episteme) kapitalisme. Tidak seperti biasanya, buku ini hadir tanpa pengantar. Tidak heran, karena buku Fulcher sendiri secara keseluruhan adalah sebuah pendahuluan menuju studi kapitalisme yang lebih dalam.
Secara keseluruhan, penjelasan Fulcher diarahkan untuk menjawab tujuh pertanyaan dasar. Pertanyaan dasar menjadi motivasi untuk dilakukan studi yang lebih dalam mengenai kapitalisme. Pada bagian akhir bukunya, Fulcher menyajikan sumber acuan untuk studi lebih lanjut. Pertanyaan dasar yang menjadi fokus Fulcher adalah (1) apakah kapitalisme itu ? (2) darimana datangnya kapitalisme ? (3) bagaimana dengan kita saat ini ? (4) apakah, di setiap tempat, kapitalisme itu sama ? (5) sudahkah kapitalisme itu mengglobal ? (6) se-global apakah kapitalisme global itu ? (7) apakah krisis itu ? Dengan cara ini Fulcher menangkap pola kapitalisme. Fulcher melakukan pengamatan terhadap sejarah ekonomi (activity) untuk menjawab pertanyaan tersebut. Fulcher juga membuka beberapa dongeng (myth) dalam klaim kapitalime global. Karena itu timbul keraguan atas klaim kapitalisme global. Pertanyaan Fulcher terakhir berisi penjelasan mengenai prospek kapitalisme.
“Kapitalisme adalah investasi uang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan” simpul Fulcher. Definisi kapitalisme itu disusun dari tiga macam fitur kegiatan ekonomi : perdagangan (merchant), penanaman modal atau pembiayaan usaha (capitalist), keuangan (financial). Dari literatur sejarah tiga kegiatan ekonomi tersebut, tersirat bahwa terjadi pergeseran dari fitur ekonomi rumahtangga (self-sufficiency) menuju spesialisasi produksi dan konsumsi. Terdapat beberapa ciri umum kapitalisme : (1) keuntungan dibagi dengan pemegang saham (shareholders), (2) ada portofolio usaha untuk meminimisasi resiko usaha, (3) praktek monopoli dalam pasar produk dan pasar tenaga kerja menjadi alternatif cara untuk meredam resiko usaha, (4) munculnya inovasi teknis untuk menekan biaya produksi, (5) pasar dimanipulasi dengan menumpuk stok dan menahan penjualan, dan (6) munculnya ketegangan antara persaingan dan konsentrasi usaha. Fulcher menunjukkan sejarah ekonomi, dimana kapitalisme menjadi penyebab munculnya pertikaian antara kelompok pekerja dengan pemilik usaha. Di bawah kapitalisme, sumber daya waktu divaluasi secara moneter. Waktu kerja (work time spent) menjadi pertimbangan tingginya upah kerja, dan karenanya waktu luang dipandang sebagai kesempatan yang menghilangkan pendapatan upah uang.
“Kapitalisme tumbuh subur di Negara Inggris (Britain) dan Eropa”, simpul Fulcher berikutnya. Hubungan pemilik usaha dengan pekerja di Abad ke-18 menjadi bukti hubungan kapitalis. Kendali yang cukup ketat (rigor) dari pemilik usaha atau pemilik modal (capitalist) memicu konsentrasi kelompok pekerja untuk membangun asosiasi.
Dalam perkembangan itu, gagasan Smith (1776) diklaim Fulcher sebagai penelur kapitalisme. Menurut Fulcher kebaikan dari konsep pembagian kerja, persaingan, operasi pasar yang bebas, dan maksimisasi keuntungan melalui produksi adalah beberapa ciri mekanisme dan prinsip ekonomi kapitalis. Kapitalisme di Inggris merupakan pergeseran sistem feodal yang berlaku sebelumnya.
“Kapitalis produksi di Eropa juga memiliki sejarah panjang”, tegas Fulcher. Kapitalis produksi tersebut tersebar di Flunders atau Itali pada Abad ke-14 dan 5, yang kemudian menyebar ke Jerman. Di Itali, pada awalnya, terdapat pabrik tenun kain (weaper-drapers) yang membutuhkan sedikit modal untuk usahanya. Tapi pada Abad ke-13 tumbuh perdagangan baju mewah, dengan proses produksi yang lebih rumit, mengarah pada kebutuhan sejumlah besar modal. Industri tersebut mengimpor bulu domba (wool) dari Inggris. Karena itu, komersialisasi pertanian di Inggris terkait dengan produksi pakaian di Itali.
Terdapat beberapa bentuk kapitalisme dilihat dari sisi institusinya. Kapitalisme anarki, terkelola dan remarketized adalah tiga tipe institusi kapitalisme. “Kapitalisme telah mengubah dunia, tapi kapitalisme itu sendiri mengalami transformasi”, kata Fulcher. Dalam merefleksi kapitalisme saat ini (current), Fulcher coba membongkar penjelasan tiga macam institusi kapitalisme tersebut. Kapitalisme anarki, disebut seperti itu, yang berkembang pada Abad ke-18 dan awal Abad ke-19, tidak dikendalikan oleh organisasi pekerja dan negara. Usaha kecil terlibat dalam persaingan yang ketat satu sama lain, sedangkan tenaga kerja bersifat mobile, mengalir ke dalam bangunan industri baru, dan membangun kanal, jalan, rel kereta yang membuka transportasi masal terhadap barang dan orang. Persaingan usaha manufaktur kecil, lemahnya organisasi tenaga kerja, deregulasi ekonomi, kekuatan negara, dan minimnya kesejahteraan negara merupakan fitur yang saling menguatkan pada tahap awal perkembangan kapitalisme anarki. Keyakinan bebas dalam kemerdekaan individu merupakan ciri khusus pada periode ini. Liberalisme hadir sebagai gagasan yang kuat yang kemudian melapisi lagi gagasan “neo-liberal”.
Kemudian, seiring dengan membesarnya perusahaan, fungsi manajemen dan keahlian manajerial serta asosiasi mengalami pertumbuhan. Peristiwa ini terjadi pada awal Abad ke-9, yang berikutnya mengubah sifat industrialisme kapitalis dan diklaim sebagai “managerial revolution”. Pada masa ini pemegang saham memperoleh kekuatan untuk mengendalikan usaha. Ini adalah bentuk manage capitalism yang dimaksud Fulcher. Bentuk institusi kapitalisme ini kemudian sirna (collapse) di tahun 1970an seiring dengan munculnya welfare state di tahun 1960-an. Dan kapitalisme berubah bentuk menjadi remarketized capitalism yang cenderung menggunakan mekanisme pasar sebagai corak pengambil keputusan (desentralized economy).
Kapitalisme ternyata memiliki corak yang serupa di setiap negara. Meski Fuclcher mengambil sampel bentuk kapitalisme di negara Swedia, Amerika dan Jepang, ia berargumen bahwa di tiga negara kapitalis tersebut telah tumbuh kelas organisasi dan kelas konflik, telah mendorong upaya pemerintah untuk mengelola masalah masyarakat kapitalis. Ini menegaskan pernyatan Fulcher bahwa kapitalisme global telah mengalami integrasi.
Meski kapitalisme global sering diklaim telah berintegrasi, pada pihak lain, perbedaan internasional semakin meningkat. Menurut Fulcher, istilah kapitalisme global harus digunakan secara hati-hati.
Pertemuan Breton Woods tahun 1940-an telah memotivasi tumbuhan lembaga ekonomi keuangan internasional : IMF dan World Bank. Kedua institusi ekonomi itu mempromosikan ideologi pasar bebas. Institusi tersebut mengadvokasi tiga kunci dan kesalinghubungan kebijakan, yaitu (1) kontraksi fiskal untuk pemborosan anggaran pemerintah dan mengelimisasi sirnanya kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi, (2) privatisasi untuk mengeliminir perusahaan yang tidak efisien dan (3) liberalisasi untuk mengeliminir hambatan perdagangan yang saat ini dikendalikan oleh WTO. Dominannya kapitalisme global dicirikan oleh runtuhnya negara sosialis.
Istilah kapitalisme global telah membangkitkan dongeng yang kuat dan salah arah (misleading). Setidaknya ada empat macam dongen menurut Fulcher. Pertama, kapitalisme global diangap sebagai bentuk baru, padahal memiliki akar sejarah yang dalam. Kedua, modal mengalir secara global, padahal kenyataannya modal tersebut hanya mengalir diantara kelompok kecil di negara kaya. Ketiga, kapitalisme saat ini dikelola secara global tinimbang nasional. Terakhir, kapitalime telah berintegrasi, padahal diikuti oleh senjangnya kesejahteraan. Inilah alasan Fulcher mengapa istilah “kapitalisme global” harus digunakan dengan hati-hati.
Terdapat beberapa peristiwa yang penting dicatat untuk mengevaluasi efek kapitalisme. Sekurang-kurangnya Fulcher coba membidik beberapa peristiwa : tulip bubble, krisis Abad ke-19, depresi besar tahun 1930-an, krisis keuangan dan ledakan teknologi informasi. Peristiwa sejarah dan peristiwa yang belum lama ini terjadi menjadi sinyal kuat rentannya sistem kapitalis. “Kapitalisme mudah terinfeksi krisi, karena produksi terpisah (separately) dari konsumsi”, ungkap Fulcher.
Bandung, 16 Mei 2009
Bandung, 16 Mei 2009
Y. Sundaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar