Langsung ke konten utama

PRINCIPLE-AGENT PROBLEM DALAM PEREKONOMIAN

Perekonomian makro menampilkan wajah principle-agent problem. Kebijakan moneter, yang diotorisasi oleh Gubernur Bank Sentral, dan Kebijakan Fiskal, yang diotorisasi oleh pemerintah (eksekutif dan legislatif), berperan sebagai pengendali perilaku ekonomi. Dua otoritas itu mengendalikan perilaku ekonomi rumah tangga : konsumen, produsen, pemerintah itu sendiri, dan perdagangan. Dua otoritas itu punya "target", sebut saja X, dan membuat "insentif" agar "partisipasi" seluruh rumah tangga mengarah pada target. Dua otoritas itu "mengharapkan" seluruh rumah tangga memilih "tindakan", sebut saja a atau b, yang mengarah pada pencapaian target.

Cermati contoh ini.

Bank Sentral, contohnya adalah BI, punya target " inflasi". Inflasi, fluktuasinya, bersumber dari pergeseran besaran dan kecondongan permintaan dan penawaran. Kita tahu bahwa permintaan muncul dari rumah tangga konsumen yang direspon oleh penawaran dari rumah tangga produsen. Saat itu, misal, inflasi melebihi target. Rumah tangga resah karena daya beli per lembar uangnya jadi turun. Presiden resah karena kasihan pada rakyatnya atau khawatir tidak memperoleh empati. Apa yang dapat dilakukan BI untuk menekan inflasi agar mencapai persentase yang ditargetkan ?

BI dapat memainkan insentif berupa suku bunga. Bank Sentral punya asumsi bahwa setiap rumah tangga dapat memperoleh utility dari suku bunga. Utiliti dari suku bunga yang tinggi adalah nilai uang rumah tangga menjadi lebih besar bulan berikutnya, atau 3 atau 6 bulan kedepan. Jika asumsi ini benar, maka BI dapat mengendalikan perilaku rumah tangga, agar, berpartisipasi dalam menekan inflasi melalui tindakanya menambah "tabungan" dan sebaliknya "mengikat pinggang". BI dapat meningkatkan suku bunga dengan persentase yang atraktif. Tentu, dengan mengurangi jumlah uang beredar, misalnya dengan cara menjual surat berharganya dengan persentase bunga yang atraktif juga. Uang masyarakat ditukar dengan surat "sakti". Insentif dan partisipasi demikian akan mengurangi permintaan barang dan jasa, yang secara teoritis, jika penawaran tetap, maka akan menekan harga dan optimisme penurunan inflasi ke arah target.

Kebijakan Fiskal. Contoh berikutnya. Misal, menghadapi masalah kelambanan LPE. Kelambatan itu diperkirakan pemerintah dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat. Pemerintah resah karena ini. Pemerintah punya APBN sebagai insentif perekonomian. Apa yang dapat ia lakukan ? Kita tahu bahwa pertumbuhan dapat lebih cepat jika invetasi tumbuh. Bagaimana agar pemerintah mendorong rumah tangga produsen melakukan tindakan investasi. Misalnya : mengekspansi usahanya dengan cara memperluas pabrik. Merela harus beli tanah, membangun instalasi pabrik dan mengembangkan sumber daya manusianya untuk menambah pabrik itu. Pemerintah dapat mengarahkan pengeluaran pembangunannya untuk membangun infrastruktur. Uang yang dikocorkan untuk pengeluaran pembangunan adalah " insentif" fiskal. Contohnya adalah mengembangkan jaringan transportasi dari pelosok hingga kota. Produsen akan memperoleh utility atas infrastruktur tersebut berupa perluasan segmen pasar, karena distribusi barangnya dapat masuk hingga pelosok desa dengan biaya transportasi yang lebih murah. Catat jalan yang bagus dapat membuat laju mobil cepat dan hemat bahan bakar, karena bisa lebih cepat sampai tujuan. Utility lainnya adalah pengusaha konstruksi berkesempatan memperoleh proyek pembangunan jalan. Hasil dari keputusan rumah tangga produsen adalah kapasitas produksinya meningkat, sehingga nilai produk dari sektor mereka akan memperbesar PDB, tahun berikutnya LPE akan naik. Mereka, rumah tangga produsen, berpartisipasi meningkatkan LPE.

Kedua contoh itu menampilkan bagaimana target principle dicapai. Target "principle" dicapai dengan mendesain insentif agar tindakan partisipasi "agent" mengarah pada pencapaian target tersebut. Desain insentif ini sangat penting. Kita dapat menetapkan intuisi bahwa penyimpangan target dapat timbul karena ketidakcermatan dalam mendesain insentif. Tindakan-tindakan illegal economy, juga, dapat diminimalisir dengan desain insentif tertentu.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASYARAKAT ADAT DI KOTA CIMAHI

Masyarakat Adat di Kota Cimahi   Yuhka Sundaya Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba 2020 Prolog Rencana ‘momotoran’ di Kota Cimahi bergeser jadi ‘berwisata’. Pasalnya, Faisal, alumni Ekonomi Pembangunan Unisba 2016, mengajak kita ke Masyarakat Adat Cireundeu. Mengingatkan pada rencana kelas Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Tahun 2018, namun karena kondisi tidak memungkinkan, saat itu, tidak terealisasi. “Kita” yang dimaksud adalah Saya, Alfan yang saat ini masih bimbingan riset skripsi J , Faisal, Denis dan Jimly yang berdomisili di Bandung dan Cimahi. Mereka satu angkatan. Seminggu sebelumnya, kecuali Jimly, teman-teman ini ngaliwet di rumah Saya, dan merencanakan ‘momotoran’, Sabtu 22 Mei 2021, ‘yaaa’, niatnya, menyegarkan pikiran penat saat pandemi ‘lah’. Tapi Faisal malah mengajak berkunjung ke Masyarakat Adat Cireundeu di daerah Leuwigajah. Nama Masyarakat Adat Cireundeu ini, sudah Saya dengar dan pelajari sedikit demi sedikit sejak 4 tahunan lalu. Saya te...

MENGAPA 1 + 1 = 2 ?

MENGAPA 1 + 1 = 2 ? Yuhka Sundaya Ekonomi Pembangunan Unisba Kebanyakan orang, mungkin, termasuk anak-anak saya yang sekolah dasar kelas 2 dan 6, menjawab bahwa 1 + 1 = 2, “karena “aturan”nya begitu di sekolah” jawab mereka. Mereka “ngata-ngatain” ayahnya, menertawakan seolah pertanyaan bodoh. Sama halnya dengan jawaban ibu mereka, dan saya juga, tentunya, yang sama - sama mengalami tradisi pembelajaran matematika dari zaman sekolah dasar. Bahkan, salah satu teman saya, menjawab dengan ekspresi emosional. Mungkin menganggap pertanyaan itu tidak relevan, karena menganggap jawabannya sudah mapan. Bagi mereka yang sudah advance , mungkin akan menggunakan 3 aturan utama atau properti dalam komputasi, yaitu refleksif, simetri, dan transitif. Dimana 1 + 1 sama dengan 2 ditempuh dan dibuktikan dengan proses suksesif bilangan. Komputasi, bagi manusia, digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang ibu rumah tangga menggunakannya untuk mengalokasikan uang belanja, dan komposisi bumbu atau bahan...

ANALISIS PDB, DISTRIBUSI INPUT-OUTPUT, KOEFISIEN TEKNIS DAN MULTIPLIER OUTPUT MELALUI SOFTWARE IOW

|Lab/Workshop Model Input-Output| ANALISIS PDB, DISTRIBUSI INPUT-OUTPUT, KOEFISIEN TEKNIS DAN MULTIPLIER OUTPUT MELALUI SOFTWARE IOW Sebelum masuk ke dalam tutorial seperti ditampilkan pada judul postingan ini, Saya menampilkan 2 video temuan kesalahan input tabel dan cara memperbaiki kesalahannya. Pada bagian berikutnya disajikan video tutorial untuk menampilkan analisis mengenai : 1. Produk Domestik Bruto 2. Distribusi input 3. Distribusi Output 4. Koefisien Teknis 5. Multiplier Output Untuk memudahkan pemahamannya, digunakan display software IOW dengan Ms. Excel. Saran saya, sebelum membuka sotware, Anda membuat koefisien teknis hingga multiplier output dengan menggunakan Ms. Excel, yang, tutorialnya telah disajikan pada postingan sebelumnya, dan Anda telah melakukan excercise dengan cara itu. Cara ini perlu Anda lakukan agar lebih familiarize dalam menganalisis Tabel Input-Output, cara kerja software akan mudah dipahami. Terimakasih, selamat bekerja. Temuan kesulitan ketika exercis...