IDE IBNU KHALDUN TENTANG KEUNTUNGAN DAN REZEKI

IDE IBN KHALDUN TENTANG KEUNTUNGAN DAN REZEKI

Yuhka Sundaya
Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba

atung Ibnu Khaldun di pintu masuk Casbah of Bejaia, Aljazair.(COMMONS)









Sekitar 7 abad yang lalu telah hadir cendekia yang telah mewariskan ilmu bagi bangsa-bangsa di dunia ini. Mewariskan buku yang terus menambah amalannya di alam kubur seiring dengan bertambahnya pembaca dari zaman ke zaman. Ia adalah Ibn Khaldūn, dengan nama lengkap Walī al-Dīn ʿAbd al-Raḥmān ibn Muḥammad ibn Muḥammad ibn Abī Bakr Muḥammad ibn al-Ḥasan Ibn Khaldūn, lahir pada 27 Mei 1332 di Tunis, dan meninggal pada 17 Maret 1406 menginjak usia 74 tahun.  Kita curahkan do'a semoga beliau senantiasa dimuliakan Allah subhanahu wa ta'ala.


https://archive.org/details/MuqaddimahIbnKhaldun/MuqVol1/mode/1up?view=theater
Cover Buku "Muqaddimah" yang beredar di Universitas Toronto





Alhamdulillah, Saya memiliki buku beliau yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ahmadie Thoha, cetakan ketiga, September 2001. Dalam hati Saya ucapkan do'a semoga penerjemah senantiasa hidup bahagia dan berada dalam lindungan Allah subhanahu wa ta'ala. Tanpa pekerjaan beliau, Saya tidak mungkin menikmati ilmu pengetahuan dari bukunya Ibn Khaldun ini. Nikmat bisa mememori kehidupan 7 abad lampau, nikmat atas hidupnya berpikir ulang atas pengetahuan yang telah terakumulasi hingga kini dalam bidang ilmu ekonomi, dan nikmat bisa bertukar pikiran dengan dalam komunitas kesarjanaan. 

Ketika membaca "Muqaddimah", para pembelajar ilmu ekonomi, paling tidak Saya pribadi, seakan masuk gerbang tol, terkoneksi dengan jargon kekinian. Seperti halnya: kesejahteraan, kemakmuran, mikroekonomi, makroekonomi, pembangunan berkelanjutan, ekonomi regional (perdesaan dan perkotaan), serta metodologi riset. Gaya bertuturnya menampilkan kredibilitas seorang pemikir. Sangat cakap dalam merangkap ide pokok dari hasil pengamatan dan tafsiran Al Qur'an, serta cakap berkomunikasi dengan pembacanya ketika berusaha melukiskan suatu peristiwa dan keterkaitannya. Buku terjemahan ini menampilkan enam bab. Secara berurutan menampilkan tentang:
  1. Perubahan ummat manusia;
  2. Peradaban badui, bangsa-bangsa dan kabilah-kabilah luar, serta kondisi kehidupan mereka;
  3. Dinasti, kerajaan, khalifa, pangkat, pemerintahan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu;
  4. Negeri dan kota, serta semua bentuk peradaban lain;
  5. Tentang berbagai aspek mencari penghidupan seperti keuntungan dan pertukangan;
  6. Berbagai macam ilmu pengetahuan, metode-metode pengajarannya;
Dalam kesempatan ini Saya memandang penting untuk coba memahami jargon keuntungan dan rezeki pada Bab 5nya. Karena, dengan segera mengusik pikiran ekonomi yang sejauh ini terparadigma. Menjadi berpikir ulang (rethingking) tentang hal mendasar dalam pembelajaran ilmu ekonomi. Bagaimana tidak, Ibn Khaldun punya definisi yang sistematis, bahwa keuntungan itu bersumber dari usaha atau upaya dan diluar upaya. Sumber keuntungan diluar upaya yang dicurahkan manusia adalah alam semesta. Tanpa air dan cahaya matahari tanaman tidak akan tumbuh, itu contoh sederhananya. Jika kita generalisasi alam semesta yang mengandung sumber daya hayati dan non hayati harus disadari sebagai sumber keuntungan. "...sekalipun begitu, alam ini bertindak sebagai sebagai pembantu yang tidak bisa membuat apa-apa bila orang tidak bekerja sama dengan dia...". Demikian tegas Ibn Khaldun. Manusia harus bekerjasama dengan alam. 

Kerjasama manusia dengan alam, artinya upaya untuk memperoleh keuntungan tidak bisa dilepaskan dengan perhitungan akurat terhadap reaksi alam. Konsep ini harus melekat dalam rencana-rencana usaha produksi, perdagangan, maupun pemerintahan. Dalam jargon sekarang dikenal dengan "pembangunan berkelanjutan" atau "sustainable development". Rencana-rencana usaha harus mempertimbangkan bagaimana alam bisa support terhadap keuntungannya. Proposisi dari ide keuntungan ini adalah "upaya memperoleh keuntungan tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan artinya membuka peluang bagi alam untuk menghambat upayanya itu". Melalui Ibn Khaldun, pemikiran moderen sustainable development telah eksis sejak 7 abad lampau. 

Implikasi teoritis terdekatnya diaddress pada mikroekonomi sebagai sebuah advance. Asumsi bahwa keuntungan hanya mempertimbangkan upaya (faktor produksi dan teknologi) dan dibatasi oleh ketersediaan anggaran, perlu direlaksasi sedemikian hingga unsur alam yang terkait menjadi bagian melekat dari keuntungan. Cabang mikroekonomi yang menginsert pemikiran ini adalah ilmu ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. Dalam pelajaran tersebut, pembelajaran ilmu ekonomi akan memahami konsep "bekerja sama" dengan alam semesta.

Penggunaan atau pemanfaatan keuntungan itu disebut Ibn Khaldun sebagai rezeki. "Jika seseorang tidak menggunakan keuntungannya untuk kebutuhannya, keuntungan itu tidak disebut rezeki", demikian tulis Ibn Khaldun. Secara identitas bisa kita tulis:

Keuntungan = rezeki + tabungan 

Rezeki artinya alokasi keuntungan yang diperoleh untuk konsumsi dan investasi. Belanja keuntungan untuk membeli makanan yang halal dan baik, misalnya daging ayam, maka akan memberikan utility bagi metabolisme tubuh berupa protein hewani. Itu adalah wujud dari rezeki dalam aktivitas belanja konsumsi. Pada sisi lain, belanja daging ayam memberikan multiplier effect terhadap perekonomian. Ketika kita membelanjakan uang untuk membeli sekilogram daging ayam, artinya kita memberikan keuntungan terhadap pedagang daging ayam. Keesokan harinya pedagang daging ayam akan memeroleh rezki dengan cara membelanjakan keuntungannya kepada peternak ayam. Peternak ayam akan memeroleh rezki ketika ia membelanjakkannya untuk pakan ayam dan upah pegawai kandangnya. Demikianlah keuntungan dan rezeki menciptakan siklus ekonomi ke depan dan menghasilkan utility dan multiplier effect secara sosial. Ketika keuntungan itu dibelanjakan untuk sumber daya lahan, maka itu disebut investasi, karena memiliki manfaat yang produktif. Orang bisa menggunakannya untuk bercocok tanam, membangan perumahan, atau membangun usaha produksi barang-barang olahan. Uang atau kekayaan yang kita pegang dan miliki hari ini belum bisa disebut rezeki, karena belum alokasikan untuk konsumsi atau investasi.

Bagaimana jika alokasi keuntungan untuk rezeki lebih besar atau lebih kecil dari tabungan ? 

Insya Allah pertanyaan ini akan Saya bahas pada tulisan berikutnya.

Wallahu alam bishawab.


YS








PEMBELAJARAN DI KAMPUS

PEMBELAJARAN DI KAMPUS

Yuhka Sundaya
Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba

Selamat datang mahasiswa baru ekonomi pembangunan di Universitas Islam Bandung. Peraturan tatap muka pada saat ini sudah mulai diizinkan, tentu dengan disiplin protokol kesehatan. Sebagai entitas kampus, Saya coba maksimalkan berkomunikasi dengan media apapun dengan mahasiswa baru. Pembelajaran tahun lalu menyedihkan. Tidak biasanya seperti sebelum Tahun 2020. Pertemuannya langsung di kampus dengan gelombang komunikasi yang alami. Pada masa pembelajaran online ini komunikasi dilakukan dengan menggunakan komputer, laptop, dan handphone yang Anda genggam, sehingga ada kompresi pada gelombang komunikasinya. Namun ada kelebihannya, yaitu bisa diulang-ulang. Itupun jika kemauan mengunyah informasinya sangat tinggi. Jika program diluar studi ini lebih menarik, tentu informasi seperti ini hanya discanning atau skimming saja, atau bahkan tidak dilirik sama sekali. Tapi itupun masih untung dibilangnya. 

Untuk menghindari kerumitan komunikasi demikian, Saya harus berbaik sangka, bahwa Anda lebih peka dengan informasi yang bersumber dari kampus dibanding program hiburan lain yang terinstall pada perangkat laptop dan handphone Anda. Ini memang kendala besar dimana studi dikampus tidak hanya mengunyah ilmu pengetahuan, melainkan tempat perubahan sikap dan dipupuknya ketrampilan dari mulai mahasiswa hingga sarjana.



Komunikasi Kampus

Saya pakai istilah kampus saja. Istilah yang biasa menunjukkan aktivitas di suatu perguruan tinggi. Meski tidak berlaku umum juga. Ada beberapa istilah yang menurut Saya perlu dipahami :

1. Sivitas akademika

2. Budaya Akademik

3. Kebebasan akademik

4. Mimbar Akademik

5. Adminstrasi akademik

Sivitas Akademika

Karena kita sebagai warga negara Indonesia, Saya tampilkan pengertian istilah tersebut dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi atau saya ringkas saja dengan UU12/2012.

Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri atas dosen dan mahasiswa. Jadi ketika dosen dengan mahasiswa berkomunikasi, maka disebut komunikasi sivitas akademika. Dosen itu adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dan, Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Kata 'dan' pada arti sivitas akademika menunjukkan bahwa antara dosen dan mahasiswa ada kesetaraan posisi dalam komunikasinya. Tidak sesuai dengan budaya komunikasi kampus, bila seorang dosen menampilkan kesewenang-wenangan dalam komunikasi.

Sebagai pendidik profesional dan ilmuwan, tiga pekerjaan dosen itu disebut dengan tridarma perguruan tinggi. Ketiganya adalah melakukan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tiga pekerjaan itu menjadi sumber daya ilmu dari dosen yang dapat diambil manfaatnya oleh mahasiswa. Manfaat ilmu pengetahuan ekonominya, sikap akademiknya dan ketrampilannya. Tentu kita harus tahu juga pendidikan itu apa ? penelitian itu apa ? dan pengabdian kepada masyarakat itu apa ? Pengetahuan ini akan memudahkan Anda untuk membangun komunikasi sivitas akademika dalam rangka pengambilan manfaat tadi.

Budaya Akademik, Ilmu Pengetahuan, Kebebasan Akademik dan Mimbar Akademik

Lantas akademik itu apa sih ? ko terkesan spesial banget ? Kata itu adalah warisan dari Plato yang pemikirannya muncul sejak 429 sebelum masehi (SM) atau 4 abad lebih sebelum Nabi Isa AS lahir. Dalam Bahasa Yunani Kuno, akademik adalah  ’Ἀκαδημία’. Istilah yang berasal dari seorang pahlawan perang Troya (Trojan War) – Hakademus. Sebuah tempat untuk pembelajaran. Aristoteles adalah salah satu murid Plato yang belajar di tempat yang disebut dengan ‘akademia’. Jadi, istilah akademik yang kita impor ini telah berumur kurang lebih 2021 + 429 tahun atau sama dengan 2 449 tahun. 'Wow' ngga sih ? Silahkan Anda dapat memetik apa dari sepenggal cerita tadi. Setidaknya, pemahaman yang dapat Saya share, akademik adalah tempat kita belajar mengoptimalkan penggunaan akal pikiran atau apa yang disebut dengan jiwa. Seperti dalam salah satu penggalan lirik Indonesia Raya, ”bangunlah jiwanya, bangunlah raganya…”.

Oleh karena itu, kita bisa memahami bahwa dalam UU12/2012 itu sivitas akademika adalah komunitas yang memiliki tradisi ilmiah yang mengembangkan budaya akademik. Budaya akademik adalah seluruh sistem nilai, gagasan, norma, tindakan, dan karya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan asas pendidikan tinggi. Pengembangan budaya akademik dilakukan dengan interaksi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, antargolongan, jenis kelamin, kedudukan sosial, tingkat kemampuan ekonomi, dan aliran politik. Interaksi sosial sivitas akademik dilakukan dalam pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, penguasaan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah. Sivitas akademika  memelihara dan mengembangkan budaya akademik itu dengan memperlakukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai proses dan produk serta sebagai amal dan paradigma moral.

Frase ilmu pengetahuan melekat dalam sivitas akademika. Lantas apa pula ’ilmu pengetahuan” itu ? Baik, kita pahami secara ringkas saja. Tanaman padi yang kita lihat adalah sebuah pengetahuan. Kita tahu ketika kita menggunakan indera mata dan memori. Memori yang bersumber dari informasi yang kita terima dari orang tua, guru dan sebuah buku, atau dari pendidikan sebelumnya. Kemudian, padi dapat tumbuh dengan pengairan yang cukup. Hubungan padi dengan air itu kita namakan dengan istilah ’ilmu’. Jadi, sederhananya, dapat dipahami bahwa ilmu itu menampilkan hubungan suatu obyek dengan obyek lainnya secara sistematis yang diyakinkan melalui suatu pembuktian dan pengujian ilmiah. Pekerjaan untuk menguji secara ilmiah itulah yang nantinya kita akan mengunyah apa yang disebut dengan metodologi. Informasi yang dihasilkan secara ilmiah itulah yang dinamakan kebenaran ilmiah. Jadi, kita tidak akan lagi menggunakan kebenaran otoritatif. Jika kata seorang raja obyek ini adalah hitam, maka kita harus menerimanya sebagai hitam, tanpa memberi ruang pada logika kita kenapa obyek itu disebut hitam oleh Sang Raja yang gagah berani. Kita akan selalu menanyakan kenapa begini dan kenapa begitu sehingga jawabannya menjadi makanan bagi jiwa kita, bagi akal sehat kita. Jawaban rasional itu adalah air yang menumbuhkan intelektual Anda hingga mencapai karakter seorang sarjana.

Kita mesti bersyukur bahwa sivitas akademika diberikan kebebasan akademik dan mimbar akademik. Kebebasan akademik adalah kebebasan kita untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab melalui pelaksanaan Tridharma atau melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian adalah pekerjaan kita yang menggunakan metodologi ilmiah untuk memperjelas suatu sistem, sebesar apapun itu. Pengabdian adalah pekerjaan kita untuk menerapkan ilmu pengetahuan agar dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu masalah di masyarakat, sehingga masyarakat menerima manfaat dari ilmu pengetahuan yang diproduksi oleh kampus ini.  Fasilitas yang ada di kampus, seperti ruang kelas, student center atau aula dapat kita gunakan sebagai mimbar akademik kita. Sebagai panggung bagi kita untuk menyampaikannya secara terbuka kepada seluruh sivitas akademika, sehingga mereka dapat menguji pikiran akademik itu. Nah, karenanya, kita ngga boleh bawa-bawa perasaan di kampus ini. Biarkan perasaan itu untuk ’si dia’ saja. Serangan kritis terhadap suatu pendapat atau argumen harus kita sikapi secara logis, tanpa dendam dan tanpa sakit hati. Sikap ini tidak secara otomatis, melainkan harus dilatih, diasah dan diasuh. Karena itu, barang siapa yang merintangi mimbar akademik, maka pihak itu sama artinya dengan menghambat tumbuhnya budaya akademik di kampus kita yang sedang kita butuhkan.

Administrasi Akademik

Kita perlu macam-macam dokumen di kampus ini. Sebut saja salah satunya adalah formulir rencana studi (FRS). Formulir ini adalah alat untuk mendokumentasikan mata kuliah apa saja yang diambil pada salah satu semester. Data mata kuliah pada formulir ini akan konek dengan administrasi keuangan dan administrasi kelas, dan bahkan akan konek dengan administrasi honorarium dosen. Pihak yang memproduksi macam-macam administrasi akademik ini disebut dengan pihak Tenaga Kependidikan (Tendik). Nah kita juga harus membangun komunikasi yang harmonis dengan rekan-rekan Tendik agar semua aktivitas kita tercatat dan tersimpan atau terdokumentasi, sehingga dapat digunakan oleh kampus untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya pada lembaga akreditasi pemerintah dan non pemerintah. Lembaga itu kemudian akan menilai apakah kinerja akademiknya bagus atau tidak.

Teori : Alat Belajar Efektif

Ilmu dan pengetahuan tidak muncul dengan tiba-tiba. Ilmu pengetahuan diproduksi oleh sivitas akademika dari zaman ke zaman. Dari pendulum yang telah menempuh peperangan berdarah. Antara kebenaran logis dengan kebenaran empiris, hingga akhirnya saat ini kita mengunyah ultimatenya. Cikal bakal ilmu pengetahuan telah berkembang sejak lama. Sebut saja dari 6000 tahun lalu. Dari Mesir sebelah barat laut merah tempat tumbuhan kerajaan Firaun, hingga ke arah timur, yaitu Eropa. Kemudian orang Eropa migrasi ke Benua Amerika. Dan, perdabannya berkembang hingga Asia, tempat sekarang kita hidup.

Pengorbanan pada pemikir dulu yang memelajari suatu obyek selam bertahun-tahun, telah memberikan kemudahan kepada kita. Kemudahan itulah yang disebut dengan ’teori’. Pengetahuan dan ilmu kita tentang sesuatu obyek dan sistemnya dapat kita pahami dalam waktu beberapa jam saja dengan cara memelajari teori.

Lantas teori itu apa ya? Teori adalah alat. Alat untuk menjelaskan dan memprediksi suatu obyek. Ketika kita mencoba memahami teori makaa da tiga elemen yang perlu kita bidik dan kritisi, yaitu data, variabel dan asumsi perilaku atau kita ringkas dengan DVA. Teori bukan doktrin. Bukan pula pernyataan tanpa bukti. Sebagai suatu alat berpikir teori dilengkapi dengan teknik pengujiannya. Jadi jangan gegabah jika seseorang mengatakan tentang teori, melainkan harus ditampilkan DVAnya.

Bagaimana kita punya pemahaman awal tentang teori itu. Saya punya sesuatu yang bersifat teknis, semoga upaya Saya bisa dipahami bener. Mari kita mulai dengan suatu ekspresi matematis yang sederhana:

Y = a + bX

Tanpa perlu secara khusus kita alamatkan Y dan X itu pada suatu kehidupan, kita membaca ekspresi itu sebagai suatu hubungan. Hubungan variabel Y dengan X. Jadi variabel adalah simbol atau notasi tentang sesuatu. Baiklah, kita perlu suatu kehidupan. Sebutnya Y itu adalah padi dan X itu adalah air. Jadi ekspresi tersebut menjelaskan hubungan padi dengan air. Hubungannya positif. Kenapa ? karena tandanya positif. Kenapa positif ? itu adalah asumsi atau anggapan yang kita masukan ke dalam hubungan mereka. Dan anggapan adalah sifatnya imajinasi. Namun imajinasinya logis. Kita bisa menerapkan imajinasi logis itu dengan argumen bahwa padi perlu air untuk tumbuh, oleh karena itu keberadaan air di sawah menjadi sumber untuk pertumbuhan padi. Argumen ini muncul dari diri kita juga sebetulnya. Manusia perlu air untuk hidup. Begitupun semua mahluk hidup lain, tidak tekecuali dengan padi. Asumsi bisa lebih dari satu. Asumsi lain yang bisa kita terapkan adalah bahwa air itu adalah air bersih. Air yang tidak tercemar oleh limbah pabrik, ari yang tidak mengandung racun. Kedua asumsi ini memperkuat bahwa tanda parameter ‘b’nya itu positif. Jika asumsi kedua, yaitu tentang kualitas air dilanggar atau tidak terjadi dalam kenyataanya, maka kita harus rela mengubah tanda parameternya menjadi negatif, dengan alasan air yang mengandung racun dapat mematikan padi. Nah, itu adalah gambaran ‘barbar’ tentang asumsi perilaku yang menjadi elemen dari ekspresi matematis yang sedang kita bahas. Bagaimana dengan ‘data’. Data diperoleh dari pengetahuan empiris. Kita selidiki, berapa luas lahan sawah yang ditanami padi dan berapa liter air pada sawah itu. Ternyata luas tanaman padinya 1 hektar, dan genangan air dalam sawah itu 1000 meter kubik. Nah, itu adalah data. Kira-kira demikian ketika kita sedang mengunyah teori di dalam kelas. Terlihat sulit kan ? atau terlihat mudah ? Ngga masalah, kan ada dosen yang akan membantu Anda untuk mengunyahnya, yang akan membantu Anda untuk memahaminya.

Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, jika kita menerima suatu pernyataan dalam kelas yang tidak jelas elemen teorinya, maka kita batalkan untuk menyebutnya dengan teori. Dengan hormat kita hanya bisa menyebutkan dengan pernyataan subyektif tanpa rasionalisasi atau dogma atau doktrin. Dan, kita bisa bebas menanyakan kenapa begini dan kenapa begitunya. Tentu Saya pribadi sangat senang, karena pertanyaan itu adalah pertanyaan seorang mahasiswa yang kritis yang sedang memerlukan makanan rasionalitas bagi jiwanya, bagi pertumbuhan akal sehatnya. Saya tidak akan marah, apalagi menjadi judes atau julid. Saya akan tersenyum lebar, sembari deg-degan, bisa ngga yah menjelaskannya.

Semoga bermanfaat. Selamat belajar. Gaspoooollll

 

 






Yah, gimana gambar bisa masuk ke 'whatsapp' yah ?

Yuhka Sundaya

REALITAS DAN DIGITAL

"Yah, bagaimana gambar di whatsapp hp (handphone) aku bisa dikirim ke Ayah?" tanya anakku yang kedua, pagi-pagi sekitar jam 8nan, ketika mau ngerjain tugas sekolah. 

"Tinggal klik logo seperti 'penjepit kertas', klik 'galery', pilih gambarnya, trus klik 'send' yang seperti 'pesawat kertas', jawabku. 

"Iya, itu 'mah' aku udah tau !" tangkis anakku, dan bertanya kembali, "Maksudnya, gimana 'ceritanya' kalau aku kirim foto ke Ayah, terus tiba-tiba bisa ada di 'WhatsApp' Ayah ?".

"Ya kan foto itu masuk ke gelombang, terus masuk ke HP kamu" jelasku sambil nganggap "ngga penting".

"Gini !" kata anakku sambil memeragakan dua tangannya, dan ekspresi menyerang, berbicara dengan wajahnya berjarak sekitar 50 sentimeter, karena ngeliat 'babehnya' ngga serius kali yah.

"Kalau aku ngasih pisang ke Ayah, kan keliatan pindah dari tangan aku ke Ayah !"

"ooo itu, iya iya ngerti", lirihku sambi berpikir. "Ntar Ayah cari tau dulu deh, biar ngga salah jelasinnnya, oke ?" jawabku berusaha jujur atas kebodohan

Bodoh 'lah'. Tiap hari pake handphone, saling kirim data, ngga tau gimana proses data itu bisa masuk dari satu aplikasi handphone ke aplikasi handphone yang lain. Bahkan bisa antar aplikasi. Bagaimana bisa pesan teks, gambar, audio, video, dan video-audio bisa keluar dari satu handphone, terus masuk ke handphone lain yang dituju. Itulah maksud pertanyaan anakku.



Malam harinya, perselancaran dimulai via google dan youtube. Otak muter nge-search dengan kata kunci yang sesuai dengan pertanyaan anakku. Ngga ketemu juga. Pake kata kunci "wave from .....", ngga nemu juga. Terus aja muter-muter nyari "kata kunci' yang pas. Akhirnya, Saya coba telusuri dengan teori gelombang, 'konversi realitas, analog ke digital', dan seterusnya, sampailah pada temuan frase 'binary code'. Aku menemukan tayangan-tayangan '0 1 00 1 11 00". Canggih juga ini algoritma genetika internet, sangat membantu banget, ngga usah keliling-keliling perpustakaan mencari populasi atau induk dari kata kunci yang ada dikepala. Sepintas terpikir model 'probit' dan 'logit' pada pelajaran ekonometrika ketika menjelaskan masalah pilihan biner, 'ya' atau 'tidak'.

Sempat juga terpikir, ketika merekam sebuah lagu dengan menggunakan audio interface, diolah dengan Cubase 5 (jadul hihihi), kemudian diekspor jadi file WAV, dan dikonversi jadi MP3, terus saya kirim ke band mates Saya, itu gimana cara kerjanya ya ? belum lagi audio-video yang Saya bikin, kemudian bisa diupload pada channel youtube, dan bisa diliat oleh Internet Citizens (Netizen), gimana itu ? 

Anakku sudah tertidur lelap. Saya harus lebih cepat. Jangan sampai esok pagi ada 'hutang pengetahuan' kepadanya.

Ternyata induk dari genetika 'pertanyaan' anaku diretas dari 'kode biner' atau 'binary codes'.

Saya memutuskan untuk memelajari dulu formulasinya dari yang termudah. Bagaimana data berbentuk teks dikirim dan bisa diterima antar handphone ? Dengan harapan logikanya bisa dikembangkan pada data yang lebih rumit seperti gambar, audio dan video-audio.

Transfer Data Teks

Misalnya, teksnya berbentuk 'angka'. Ternyata, angka tersebut dikonversi menjadi angka biner (binary). Angka biner hanya ada 2, yaitu '0' dan '1'. Konversinya menggunakan 'penggaris' berbasis 'angka 2' yang dipangkatkan terus menerus dengan bilangan bulat positif (positive integer) seperti : 20, 21, 2dan seterusnya. Wow, rumusan ini ternyata telah dibuat oleh Gottfried Wilhelm Leibniz yang lahir 1 Juli 1646. Nama yang ketika SMP atau SMA pernah didengar dari penjelasan Guru Matematika. Sayangnya waktu itu masih hoby maen, dan matematika menjadi istilah yang menyeramkan. Saking menyeramkannya, lingkungan pergaulan Saya waktu itu 'membunuh' karakter matematika dengan berbagai ekspresi.

Bagaimana penggaris dengan bilangan berbasis angka 2 tersebut bisa menjadi angka biner ? Dalam pikiran Saya, ini bisa dinamakan kamus konversi. Ini dia kamusnya :

Gambar 1. Konversi Angka ke dalam Kode Biner

Jika kita ingin mengubah angka '70', maka caranya adalah seperti ini :
  • Identifikasi 'letak' angka '70', yang ternyata ada diantara (26 = 64) dengan (27 = 128).
  • Mulai menghitung dari batas yang lebih kecil dari '70', yaitu (26 = 64).
  • Perhitungannya menggunakan 2 baris. Baris pertama digunakan untuk menguji konsistensinya.
Video 1. Peragaan Konversi Angka '70' menjadi 'Angka Biner'

Nah, proses 'jadul' itu sekarang 'mah' sudah bisa dibantu oleh alat konversi onlineRapidtablesSelanjutnya, Saya hanya bisa menjelaskan bahwa kode biner yang berlaku sekarang dikelola oleh American Standard Code for  Information Interchange (ASCII).

Gambar 2. Tabel Konversi Angka ke dalam Kode Biner Online 

  • Kode '1000110' hasil konversi di dalam perangkat lunak handphone adalah paket atau 'barang' yang siap dikirim. Dikirim melalui gelombang listrik, bukan oleh seorang 'postman'. Bentuk 'paket' gelombangnya mungkin berbentuk diskrit seperti ini ya ?:






 

 



 

Gambar 3. Bentuk gelombang '1000110'  


Oleh karena itu, paket harus diantar ke Kantor Pos. Tapi bukan Kantor Pos yang di Jalan Asia Afrika, melainkan jaringan seluler yang kita pakai : Telkomsel, Smartfren, IM3, XL dan lain-lain. Mereka yang disebut dengan 'Home Mobile Swithcing Center' atau disingkat 'Home MSC'. Karena jaringan seluler bermacam-macam, dan memungkinkan 'kirim-kiriman paket' lintas jaringan seluler, maka ada kantor namanya 'Foreign MSC'. Oleh karena itu, wajar jika perusahaan seluler mencurahkan uangnya untuk investasi 'tiang pemancar' yang tersebar di banyak lokasi. Saya mungkin jelasinnya pake logika yang berlaku di kepala aja ketika nulis ini. Cara kerja jaringan internet dan seluler selengkapnya dapat dipelajari pada channel youtube keren pisan: Lesics Indonesian. Nomor handphone kita analog dengan alamat rumah kita, yang tidak akan tertukar dengan alamat rumah orang lain.

Kode biner bisa jadi energi listrik dan masuk ke gelombang elektromagnetik gimana ?
Gelombang elektromagnetik ? tidak terlihat tapi eksis dalam kehidupan komunikasi.
Siapa yang bikin gelombang elektromagnetik ? 

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang masih tersisa. Tapi waktu telah menunjukkan pukul 03.00. Biasanya anakku bangun jam 4, dan pasti menagih 'utang pengetahuan'. Jadi Saya putuskan untuk skip dulu pertanyaan ini. Tapi tersimpan betul untuk menangkis pertanyaan anaku ketika sudah advance.

Transfer Data Gambar Hingga Audio Visual

Cara kerja dasar transfer data teks, dapat dikembangkan untuk data jenis gambar hingga audio visual. Data tersebut, caranya sama, dikonversi dengan kode ASCII. Menjadi kode biner yang tentunya lebih kompleks, lebih rumit, karena menyangkut presisi serta resolusinya. Akan tetapi cara kerja yang menjadi pertanyaan artikel ini sama. Kode menjadi gelombang kemudian merambat melalui sinyal listrik dan elektromagnetik, kemudian sesuai alamat pos rumahnya (IP Address), akan sampai pada handphone kita.

Adakah hubungan produsen ASCII dengan frase yang sering diamplifier oleh para pimpinan kampus, "revolusi industri 5.0" ? 😂 

Kode itu berlaku untuk banyak device komunikasi, tidak hanya handphone melainkan personal computer, laptop dengan beraneka ragam aplikasi di dalamnya. Nah lho ???

Pagi Hari ?

Ternyata benar, setelah shalat subuh, anakku menagih utang kemaren. Kertas polos dan pensil menjadi media untuk menerangkan apa yang Saya tulis tadi, semampunya, dan sebisanya. Minimal, dia paham dulu deh bagaimana 'data' dikonversi menjadi '0s' dan '1s' yang diproduksi Leibniz. Serasa punya ilmu 'kanuragan', begitu kakaknya yang baru belajar di kelas 3 SMA turun ke bawah jam 6 pagi, sontak dia langsung pamer-pamer pengetahuan tadi. 😇😇😇

Semoga cerita ini ada manfaatnya.
Terimakasih












HARGA BBM DAN KESEIMBANGAN BIOECONOMIC INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP : Suatu Kerangka Teoritis

HARGA BBM DAN KESEIMBANGAN BIOECONOMIC INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP : Suatu Kerangka Teoritis

Yuhka Sundaya
Artikel ini Saya tulis ketika memelajari ekonomi produksi yang diaplikasikan pada masalah perikanan tangkap Tahun 2005.

1. Latar Belakang Masalah

Pencabutan subsidi berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah telah menyebabkan kenaikan harga BBM. BBM merupakan faktor produksi yang digunakan oleh hampir seluruh sektor ekonomi, sehingga kenaikan harga BBM dapat mendorong kenaikan dalam biaya total setiap sektor ekonomi, baik yang terkait dengan biaya produksi maupun biaya distribusinya. Secara aggregat kebijakan tersebut menyebabkan guncangan (shock) terhadap perekonomian nasional.

Dampak kenaikan harga BBM banyak pula dirasakan oleh nelayan dan perusahaan penangkapan ikan sebagai pelaku dalam industri perikanan tangkap. Input ini memengaruhi jarak jangkau pada zona penangkapan ikan tertentu di pesisir maupun samudra. Dikarenakan kekurangan aksesibilitas nelayan terhadap Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBBN) atau Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN), kenyataannya pelaku harvesting menerima harga BBM yang lebih mahal. Misalnya saja, di daerah Serang harga eceran solar mencapai Rp.2.400,- per liter sedangkan di daerah Kalipucang Kabupaten Ciamis pada tahun 2003 harga eceran solar per liter mencapai Rp.2.500. Sedangkan harga bensin oplosan untuk menghemat penggunaan oli mencapai Rp.3.000,- di daerah Cilacap.[1] Kalaupun harvester tidak membeli dari para tengkulak, maka mereka terpaksa menambah tambahan biaya transportasi. Dengan demikian tidak ada pilihan yang menguntungkan buat nelayan untuk membeli BBM dengan harga standar.

Oleh karena itu Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini mengeluarkan kebijakan, yang salah satunya adalah mempercepat dan memperbanyak pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN). Sementara itu DKP sendiri membangun upaya yang salah satunya adalah mengusulkan alokasi dana subsidi BBM kepada Menko Ekuin dan Menteri BAPPENAS sebesar Rp 600 Milyar.

Pada pihak lain, operasi penangkapan ikan terkait dengan kelestarian biodiversity laut dan pesisir atau cadangan ikan laut. Perilaku harvesting industri perikanan laut ditentukan pula oleh rezim kepemilikan sumberdaya laut dan pesisir (SDLP). Menurut Hardin dalam Daryanto (2004), rezim open access dapat mempercepat pengurasan cadangan suatu sumberdaya dibandingkan dengan rezim private property rights. Sementara rezim yang terakhir, efisien secara ekonomi, namun tidak menjamin adanya pemerataan manfaat suatu sumberdaya. Sementara itu salah satu tujuan pembangunan SDLP di Indonesia adalah memelihara kelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity) laut dan pesisir, sehingga penting untuk dikaji berbagai dampak kebijakan ekonomi dan status kepemilikan SDLP terhadap keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap.

2. Perumusan Masalah

Secara deduktif, bagaimanakah kenaikan harga BBM pada industri perikanan tangkap dijelaskan secara teoritis dalam konteks yang lebih luas kepada aspek kelestarian sumber daya perikanan laut ?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam paper ini adalah melakukan ekplorasi teoritis dalam rangka memahami aspek produksi dan kelestarian sumber daya perikanan laut.

4. Manfaat

Hasil eskplorasi teoritis memiliki kontribusi terhadap manfaat disipliner, yaitu pada metode penelitian untuk melakukan penelitian empiris. 

4. Kerangka Pemikiran Teoritis

4.1 Konsep Keseimbangan Bioeconomic Industri Perikanan Laut Tangkap dalam Dua Tipe Status Kepemilikan

Keseimbangan bioecnomic yaitu sebuah keseimbangan yang mengkombinasikan faktor biologis dengan faktor ekonomis. Keseimbangan bioeconomic merupakan eksploitasi optimum sektor atau industri perikanan laut dari sudut pandang biologi maupun sosial ekonomi (Fauzi, 2004 dan Hartwick, 1998).

Gambar 1 menjelaskan dengan ringkas konsep keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap secara grafis. Panel [a] menggambarkan sebuah fungsi produksi atau hasil tangkapan ikan. Dimana fungsi produksi adalah hubungan teknis yang mentransformasi input menjadi output atau dalam hal ini adalah komoditi ikan laut (KIL) (Debertin, 1986, 41). Coelli et al, (1998, 12) mengartikan pula bahwa fungsi produksi merupakan output maksimum yang dapat dicapai dari vektor input tertentu. Fungsi produksi tersebut diasumsikan memiliki sifat diminishing return atau hasil fisik yang semakin berkurang yang menjelaskan hubungan bahwa ketika penggunaan input terus meningkat, maka tambahan output akan semakin menurun. Operasi penangkapan pelaku industri perikanan tangkap diasumsikan hanya dideterminasi oleh BBM (B) dan tenaga kerja (L) saja yang saling melengkapi atau komplementer. Dalam jangka pendek jumlah kapal atau armada dan berbagai jenis dan jumlah alat tangkap yang merupakan komponen effort tidak berubah, sehingga total physical product (TPP) atau jumlah output secara fisik diekspresikan sebagai berikut :

TPP = f(B, L)                                                                                                                [a]

Dimana TPP mencerminkan hasil tangkapan ikan dalam satuan ton, B adalah jumlah BBM dalam satuan liter dan L adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan orang.

Panel [a] menunjukkan total revenue atau total value product (TVP) dan lebih spesifik lagi diartikan sebagai nilai hasil tangkapan ikan laut yang diperoleh dari penjualan komoditi ikan laut oleh pelaku industri perikanan tangkap, sehingga secara matematis TVP diekspresikan sebagai berikut :

TVP = Po.TPP                                                                                                                [b]

Dimana Po adalah harga pasar komoditi ikan laut yang berlaku pada pasar output atau komoditi ikan laut yang bersaing sempurna yang bersifat konstan, sedangkan TPP adalah total physical product atau jumlah output secara fisik yang telah dispesifikasi sebelumnya.

TFC dalam panel [a] adalah total factor cost atau total resource cost yang menunjukkan biaya total penangkapan ikan industri perikanan tangkap. Ketika industri perikanan tangkap hanya menggunakan BBM dan tenaga kerja, dan diasumsikan pasar kedua input ini bersaing sempurna, maka TFC diekspresikan sebagai berikut :

TFC = VBo.B + VLo.L                                                                                                 [c]

TFC merupakan penjumlahan dari pengeluaran atas penggunaan sejumlah input B dan L yang digunakan oleh industri perikanan tangkap. Dimana VBo adalah harga input BBM dalam kondisi pasar BBM yang bersaing sempurna dan VLo adalah upah tenaga kerja dalam kondisi pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna.

 


Gambar 1. Konsep Keseimbangan bioeconomic 

Panel [b] menggambarkan value marginal product (VMP), average value product (AVP) dan  marginal factor cost (MFC) yang akan menjelaskan bagaimana industri perikanan tangkap menentukan jumlah input dan harga outputnya untuk memperoleh keuntungan dari operasi penangkapan ikan. Secara umum VMPi adalah penerimaan uang yang dicapai dari tambahan unit input ke-i atau nilai terhadap pengusaha dari tambahan unit input ke-i, ketika output di jual pada harga yang konstan (Po). Secara matematis VMPi merupakan turunan pertama suatu fungsi produksi terhadap suatu input. AVPi adalah penerimaan rata-rata uang dari penggunaan satu satuan input ke-i. AVPi merupakan rasio antara TVP dengan input ke-i. Sedangkan MFCi adalah tambahan biaya dari tambahan unit input ke-i, yang secara matematis diperoleh dari turunan pertama TFC yang bersifat linear, sehingga MFCi akan bersifat konstan atau secara grafis akan berbentuk garis lurus horizontal (Debertin, 1986; 44)

Pada panel [b], VMPB adalah tambahan penerimaan uang dari tambahan unit penggunaan BBM,  AVPB adalah penerimaan rata-rata uang dari penggunaan satu satuan BBM dan MFCB adalah tambahan biaya uang dari tambahan penggunaan satu satuan BBM.[2]

Menurut Hartwick (1997, 104-118) dan Fauzi (2004), jika suatu sumberdaya dimiliki oleh sole owner atau dimiliki secara private (private property rights - PP), maka pelaku industri perikanan tangkap akan memaksimisasi keuntungan ketika tambahan penerimaan (marginal revenue) sama dengan tambahan pengeluaran (marginal cost). Dalam panel [b] marginal revenue sepadan (equivalen) dengan VMP, sedangkan marginal cost sepadan dengan MFC. Dalam pasar input yang bersaing sempurna, MFC bersifat konstan atau sama dengan harga inputnya (V). Dalam pasar BBM, PERTAMINA tidak akan mengubah harganya untuk berapapun jumlah BBM yang dibeli. Dengan demikian dalam status kepemilikan private propverty, pelaku industri perikanan tangkap akan menggunakan BBM (B) sebesar 0B1PP, yaitu ketika VMPB berpotongan dengan MFCB atau VB. Sehingga total cost operasi penangkapan ikan sebesar 0B1PPMVB. Pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan ini akan menetapkan harga komoditi ikan laut sebesar 0P1PP, yang disesuaikan dengan kurva permintaan outputnya atau sepadan dengan kurva AVPB. Dengan demikian pelaku industri perikanan tangkap akan memperoleh penerimaan sebesar 0B1PPNP1PP, sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar VBMNP1PP (selisih penerimaan dengan pengeluaran). Dimana nilai hasil tangkapan yang telah mendukung keuntungan tersebut ditunjukkan dalam panel [a], yaitu sebesar 0TVP1PP.[3]

Selanjutnya, jika suatu sumberdaya tidak dimiliki secara private atau terbuka untuk umum (open access-OA) yang berarti siapapun boleh masuk dalam kegiatan penangkapan ikan di laut dan pesisir, maka pelaku industri perikanan tangkap akan memaksimisasi keuntungan ketika total revenue sama dengan total cost. Dalam panel [b] perilaku ini ditunjukkan ketika penerimaan average revenue sama dengan marginal cost. Dimana average revenue tersebut sepadan dengan AVPB dan marginal cost sepadan dengan MFCB. Oleh karena itu ketika AVPB berpotongan dengan MFCB, maka pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open acces akan menggunakan BBM (B) sebanyak 0B1OA. Dan harga komoditi ikan laut yang ditawarkan sama dengan tambahan biaya uang atas penggunaan satu satuan BBM (MFCB). Dengan demikian pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan ini akan memperoleh keuntungan sebesar 0 (nol), karena penerimaan dan pengeluaran sama besarnya yaitu sebesar 0B1OALVB. Dimana nilai hasil tangkapan yang telah mendukung keuntungan tersebut ditunjukkan dalam panel [a] sebesar 0TVP1OA.

Panel [c] mencerminkan kondisi stok ikan laut yang dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan dalam operasi penangkapan ikan oleh pelaku industri perikanan tangkap dan kondisi biologis ikan Dengan asumsi kapasitas stok ikan laut berada dalam kondisi carrying capacity (0Xcc) atau stok ikan tidak mengalami pertumbuhan lagi (F(x) = 0), maka hasil tangkapan oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open acces sebesar 0TPP1OA akan menghabiskan seluruh stok ikan tersebut, sedangkan hasil tangkapan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private property sebesar 0TPP1PP akan menyisakan stok ikan sebesar 0X1 atau 0XMSY dengan kondisi tingkat pertumbuhan ikan laut mencapai titik yang maksimum (maximum sustainable yield). Dimana pada tingkat hasil tangkapan terakhir ini menyebabkan adanya penurunan persaingan makanan bagi populasi ikan pada ekosistem tertentu, sehingga memungkinkan populasi ikan tumbuh secara maksimum (Fauzi, 2004 dan Harwick, 1997; 101-104).

Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan BBM oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut yang dikelola secara private lebih kecil dibandingkan dengan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut open access. Hasilnya, pertama, pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan memperoleh keuntungan positif, sedangkan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access keuntungannya sama dengan nol (0), dan kedua, dilihat dari aspek kelestarian stok ikan laut, nampaknya pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private dapat melestarikan stok ikan laut dibandingkan dengan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access. Jumlah tangkapan ikan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut yang bersifat private lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tangkapan ikan dengan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access.

4.2  Pengaruh subsidi BBM dan Perluasan SPDN terhadap Keseimbangan bioeconomic Industri Perikanan Laut Tangkap dalam Status Kepemilikan Private dan Open Acces

Gambar 2 menjelaskan pengaruh subsidi BBM terhadap keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private dan open access. Ketika pemerintah masih memberikan subsidi terhadap BBM, maka harga BBM yang berlaku sebesar 0VB – S +MT. Dimana MT adalah margin yang ditetapkan oleh tengkulak BBM.


 

Gambar 2. Dampak Subsidi BBM terhadap Keseimbangan bioeconomic Industri Perikanan Laut

Dengan adanya subsidi BBM, pada panel [b] pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private (PP) akan menggunakan BBM sebanyak 0B1PP dan akan menetapkan harga komoditi ikan laut sebesar 0P1PP. Penggunaan BBM sebesar 0B1PPpada panel [a] pelaku industri perikanan tangkap akan memperoleh nilai hasil tangkapan ikan laut sebesar 0TVP1PP, sehingga dalam panel [b] keuntungan yang diperoleh sebesar VB – S+MTMNP1PP atau seluas persegi panjang keuntungan PPS. Pada tingkat harga tertentu hasil ikan secara fisik akan sebesar 0TPP1PP (panel [c]). Dalam panel [c] jumlah tangkapan sebesar 0TPP1PP menyebabkan stok ikan berkurang sebanyak X1XCCsehingga akan menyisakan stok ikan sebanyak 0X1S yang diasumsikan setara dengan jumlah stok ikan ketika tumbuh maksimum (MSY).

Sementara itu jika status kepemilikan bersifat open access (OA), dalam panel [b] ditunjukkan penggunaan BBM pelaku industri perikanan tangkap akan sebesar 0B1OA yang mana harga komoditi ikan setara dengan harga BBM ditambah dengan margin dari tengkulak (VB – S+MT). Penggunaan BBM dalam status kepemilikan open access lebih besar dibandingkan dalam sifat kepemilikan private. Dalam panel [a], dengan penggunaan BBM sebesar 0B1OApara pelaku industri perikanan tangkap akan memperoleh nilai hasil tangkapan ikan laut sebesar 0TVP1OAlebih besar dari nilai hasil tangkapan dalam sifat kepemilikan private. Namun demikian dalam panel [b], pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access tidak akan memperoleh keuntungan positif. Dan dalam panel [c], dengan penggunaan input sebesar 0B1OApada tingkat harga komoditi ikan tertentu, maka jumlah fisik hasil tangkapan (TPP) akan sebesar 0TPP1OADimana hasil tangkapan ini diperkirakan akan menyebabkan terjadinya kelebihan tangkap (overfishing), sehingga seluruh stok ikan sebanyak 0XCC akan habis. Operasi penangkapan dalam status kepemilikan open access tidak menyisakan stok ikan laut, sehingga diperkirakan stok ikan di laut akan cepat terkuras habis.

Selanjutnya, ketika pemerintah mencabut subsidi BBM, maka kebijakan ini akan mempengaruhi harga BBM secara langsung. Diasumsikan bahwa subsidi BBM diberikan dalam nilai rupiah per liter BBM atau sebesar “S”. Dengan demikian, jika subsidi BBM dicabut, maka harga BBM menjadi VBMT (VB – S + MT + S), sehingga tambahan biaya uang atas penggunaan satu satuan BBM akan meningkat dari MFCB1 ke MFCB2. Pengaruh kebijakan ini ditunjukkan dalam panel [b] gambar 2. Ketika harga BBM menjadi VBMT, maka pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan mengurangi penggunaan BBM menjadi sebesar 0B2PP, yang diputuskan ketika tambahan penerimaan uang atas penggunaan satu satuan BBM (VMPB) sama dengan tambahan biaya uang atas tambahan satu satuan penggunaan BBM tanpa subsidi (MFCB2). Sedangkan bagi pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access akan menurunkan penggunaan BBM nya menjadi sebesar 0B2OA, yang diputuskan ketika penerimaan rata-rata dari penggunaan satu satuan BBM (AVPB) sama dengan tambahan biaya atas penggunaan satu-satuan BBM (MFCB).

Dengan menurunnya penggunaan BBM dalam dua tipe status kepemilikan tersebut, maka dalam panel [a] ditunjukkan bahwa nilai hasil tangkapan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private sebesar 0TVP2PP. Dimana dalam panel [b] nilai tangkapan ini akan mengurangi keuntungan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private menjadi sebesar VB+MTRSP2PP atau sebesar luas persegi panjang keuntungan 2 PP yang lebih kecil dari keuntungan PPS. Sedangkan dalam status kepemilikan open access, penggunaan BBM sebanyak 0B2OA akan memberikan nilai hasil tangkapan sebesar 0TVP2OA.

Pada tingkat harga komoditi ikan laut tertentu, maka jumlah tangkapan industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan menurun dari 0TPP1PP menjadi 0TPP2PP, sedangkan jumlah tangkapan industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access akan menurun dari 0TPP1OA menjadi 0TPP2OA.

Kondisi stok ikan laut yang diakibatkan oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private setelah dicabutnya subsidi BBM menyebabkan kondisi stok ikan laut tersebut mengalami pertumbuhan yang menurun. Jumlah tangkapan ikan 0TPP2PP adalah jumlah hasil tangkapan yang tidak memaksimumkan pertumbuhan stok ikan. Jika stok ikan berlebihan, maka tingkat persaingan makanan dan ruang menjadi sempit sehingga tidak kondusif untuk meningkatkan pertumbuhan ikan laut. Sedangkan kebijakan pencabutan subsidi terhadap stok ikan laut yang diintroduksi oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut open ecces menyebabkan menurunnya tingkat overfising atau kelebihan tangkap.

Selanjutnya, gambar 3 ditampilkan untuk menjelaskan secara grafis pengaruh perluasan sollar packed dealer untuk nelayan (SPDN) terhadap keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private. SPDN adalah tempat penyaluran BBM jenis solar di lokasi penangkapan ikan yang dibangun untuk memudahkan akses pelaku industri perikanan tangkap terhadap BBM. Keberadaan SPDN diharapkan akan mereduksi biaya transportasi yang selama ini dikeluarkan oleh pelaku industri perikanan tangkap karena aksesibilitas terhadap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) cukup jauh. Oleh karena itu, kondisi ini memberikan peluang bagi pelaku ekonomi lainnya (tengkulak) untuk menjual BBM kepada para pelaku industri perikanan tangkap dengan harga yang lebih tinggi.     

Gambar 3. Dampak Pembangunan SPDN terhadap Keseimbangan bioeconomic Industri Perikanan Laut Tangkap

Ketika program SPDN Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) dan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) direalisasikan di seluruh titik pelabuhan penangkapan ikan, maka akibatnya akan meniadakan hubungan tengkulak BBM dengan pelaku industri perikanan tangkap. Oleh karena itu pembangunan SPDN dapat mereduksi harga BBM dari VB+MT menjadi VB, yaitu harga yang telah ditetapkan oleh PERTAMINA.

Dalam panel [b] dampak penurunan harga dari VB+MT menjadi VB,SPDN meyebabkan MFCB turun dari MFCB+MT ke MFCB2SPDN. Penurunan harga tersebut menyebabkan kenaikan penggunaan BBM baik oleh pelaku industri perikanan tangkap pada status kepemilikan private maupun open acces, hanya saja penggunaan BBM dalam private property rights akan lebih kecil dibandingkan dengan open access. Untuk penyederhanaan analisis, sementara peranan status kepemilikan laut open access dalam keseimbangan bioeconomic dikeluarkan dulu.

Dalam panel [b] ditunjukkan bahwa pembangunan SPDN menyebabkan kenaikan permintaan BBM menjadi 0B1SPDN bagi pelaku industri perikanan tangkap pada status kepemilikan private. Dalam panel [a], dengan penggunaan BBM sebesar 0B1SPDN, maka hasil tangkapan ikan dari operasi penangkapan pelaku industri perikanan tangkap akan meningkat menjadi 0TVP1SPDN. Kembali pada panel [b], pelaku industri perikanan tangkap tersebut akan menetapkan harga menjadi P1. Dengan penggunaan BBM sebesar 0B1SPDN, maka biaya penangkapan yang dikeluarkan sebesar 0B1SPDNMVBSPDN, dan penerimaan pada harga P1 sebesar 0B1SPDNNP1, sehingga mereka akan memperoleh keuntungan sebesar VBSPDNMNP1 atau seluas keuntunganSPDN.

Dampak pembangunan SPDN terhadap kondisi stok ikan ditunjukkan dalam panel [c]. Dimana pada tingkat harga tertentu jumlah tangkapan ikan laut akan meningkat menjadi 0TPPSPDN, yang diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan ikan (F(X)) mencapai titik yang maksimum.

5. Hipotesis

 Dari kerangka teoritis tersebut diuraikan beberapa kesimpulan sementara sebagai berikut :

  1. Kebijakan pemerintah dalam mencabut subsidi BBM secara langsung menyebabkan kenaikan harga BBM, yang menyebabkan penurunan penggunaan BBM bagi pelakuindustri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private maupun open access. Hanya saja penggunaan BBM pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan private lebih kecil dibandingkan penggunaan BBM oleh pelaku industri perikanan tangkapdalam ststus kepemilikan open access. Sedangkan dampak perluasan pembangunan SPDN secara langsung dapat mereduksi harga BBM yang menyebabkan kenaikan penggunaan BBM pelaku industri perikanan tangkapdalam dua status kepemilikan laut tersebut.
  2. Penurunan penggunaan BBM menyebabkan turunnya hasil tangkapan ikan laut dalam operasi penangkapan pelaku industri perikanan tangkapdalam dua status kepemilikan. Hanya saja, hasil tangkapan ikan laut pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access lebih besar dibandingkan pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan private, sehingga keuntungan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan menurun, sedangkan keuntungan pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan open access tidak mengalami perubahan, yaitu tetap nol (0), mengingat sifat dari perilaku maksimisasi keuntungannya.
  3. Menurunnya hasil tangkapan bagi pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private dapat menyebabkan pertumbuhan stok ikan laut menurun, sedangkan bagi pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan open acces, kebijakan pencabutan subsidi dapat mengurangi tingkat overfishing. Dan ketika pemerintah memperluas pembangunan SPDN, maka penggunaan BBM akan meningkat yang menyebabkan kenaikan hasil tangkapan. Kenaikan tangkapan ini dapat menyebabkan meningkatnya overfishing bagi pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan open access atau tercapainya pertumbuhan stok ikan yang maksimum bagi pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan private.

Daftar Pustaka

Coelli, Tim, Rao, Battese.1998. An Intoduction to Efficiency and Productivity Analysis. Kluwer Academic Publisher, Boston/Dordrecht/London.

Debertin, D. 1986. Agricultural Production Ecoomics. Gollier Macmillan Publisher. London.

Önal, H. 1996. Optimum Management of a Hierarchically Exploited Open Acces Resource : A Multilevel Optimization Approach. AJAE. 78 (May 1996) : 448-159.

Eggert. H and Tveteras, R. 2004. Stochastic Production And Heterogeneous Risk Preference : Commercial Fishers’ Gear Choices. AJAE (February 2004) : 199-212.

Arnason, R at al., 2004. Optimal Feedback Controls : Comparative Evaluation of The Con Fisheries in Denmark, Iceland, and Norway. AJAE (May 2004) : 531-542.

Bjørndal et al, 2000. International Management Strategies for a Migratory Fish Stock : A Bionomic Simulation Model of Norwegian Spring-Spawning Heering Fishery. Centre for Fisheries Norway.

Pearce D.W. and Turner. R.K. 1990. Economic of Natural Resource and The Environtment. Harvester Wheatsheaf. New Yok.

Hartwick. J and Olewiler N.D. 1986. The Economics of Natural Resource Use. Harper & Row, Publisher. New York.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. Pt. Gramedia. Jakarta.



[1] http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2005/03/02/brk,20050302-25,id.html

 [2]      dTVP/dB = Po.fB = Po.MPPB = VMPB dan TVP/B = AVPB

[3]      Fungsi keuntungan IPLT didefinisikan sebagai berikut :

        p = TVP – TFC

        p = Po.TPP – VB.B – VL .L

        p = Po.f(B, L) – VB.B – VL .L

        Kondisi perlu turunan pertama (first order necessarry condition-FONC) yang menunjukkan kondisi yang harus dipegang untuk mencapai maksimisai atau minimisasi keuntungan, dimana :

        dp/dB = Po.fB – VB = Po.MPPB – MFCB = VMPB – MFCB = 0, sehingga   VMPB = MFCB

        dp/dL = Po.fL – VL  = Po.MPPL – MFCL = VMPL – MFCL = 0, sehingga   VMPL = MFCL

Ketika VMPi = MFCi, menunjukkan bahwa tambahan penerimaan uang atas tambahan penggunaan satu satuan input ke-i sama dengan tambahan pengeluaran uang atas tambahan penggunaan satu satuan input ke-i tersebut dalam suatu proses produksi. Dalam panel [b] jumlah B yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan laut yang dikelola secara private ditetapkan ketika VMPB = MFCB, yaitu sebesar 0B1PP.

Untuk mengidentifikasi apakah keuntungannya maksimum atau minimum, maka diperlukan kondisi cukup turunan kedua (second order sufficient condition - SOFC), yaitu :

d2p/dB2 = Po.f’B = Po.(dMPPB/dB) = dVMPB, jika d2p/dB2 > 0, maka akan diperoleh keuntungan minimum, dan ketika d2p/dB2 < 0, maka akan diperoleh keuntungan maksimum. Begitupun halnya dengan turunan kedua fungsi keuntungan terhadap tenaga kerja, dimana :

d2p/dL2 = Po.f’L = Po.(dMPPL/dB) = dVMPL, jika d2p/dL2 > 0, maka akan diperoleh keuntungan minimum, dan ketika d2p/dL2 < 0, maka akan diperoleh keuntungan maksimum.

Verifikasi Google

  google-site-verification: google67145768451a2970.html