PADEPOKAN EKONOMI
IDE IBNU KHALDUN TENTANG KEUNTUNGAN DAN REZEKI
IDE IBN KHALDUN TENTANG KEUNTUNGAN DAN REZEKI
Cover Buku "Muqaddimah" yang beredar di Universitas Toronto |
- Perubahan ummat manusia;
- Peradaban badui, bangsa-bangsa dan kabilah-kabilah luar, serta kondisi kehidupan mereka;
- Dinasti, kerajaan, khalifa, pangkat, pemerintahan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu;
- Negeri dan kota, serta semua bentuk peradaban lain;
- Tentang berbagai aspek mencari penghidupan seperti keuntungan dan pertukangan;
- Berbagai macam ilmu pengetahuan, metode-metode pengajarannya;
PEMBELAJARAN DI KAMPUS
PEMBELAJARAN DI KAMPUS
Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba
Selamat datang mahasiswa baru ekonomi pembangunan di Universitas Islam Bandung. Peraturan tatap muka pada saat ini sudah mulai diizinkan, tentu dengan disiplin protokol kesehatan. Sebagai entitas kampus, Saya coba maksimalkan berkomunikasi dengan media apapun dengan mahasiswa baru. Pembelajaran tahun lalu menyedihkan. Tidak biasanya seperti sebelum Tahun 2020. Pertemuannya langsung di kampus dengan gelombang komunikasi yang alami. Pada masa pembelajaran online ini komunikasi dilakukan dengan menggunakan komputer, laptop, dan handphone yang Anda genggam, sehingga ada kompresi pada gelombang komunikasinya. Namun ada kelebihannya, yaitu bisa diulang-ulang. Itupun jika kemauan mengunyah informasinya sangat tinggi. Jika program diluar studi ini lebih menarik, tentu informasi seperti ini hanya discanning atau skimming saja, atau bahkan tidak dilirik sama sekali. Tapi itupun masih untung dibilangnya.
Untuk menghindari kerumitan komunikasi demikian, Saya harus berbaik sangka, bahwa Anda lebih peka dengan informasi yang bersumber dari kampus dibanding program hiburan lain yang terinstall pada perangkat laptop dan handphone Anda. Ini memang kendala besar dimana studi dikampus tidak hanya mengunyah ilmu pengetahuan, melainkan tempat perubahan sikap dan dipupuknya ketrampilan dari mulai mahasiswa hingga sarjana.
Komunikasi Kampus
Saya pakai
istilah kampus saja. Istilah yang biasa menunjukkan aktivitas di suatu
perguruan tinggi. Meski tidak berlaku umum juga. Ada beberapa istilah yang menurut
Saya perlu dipahami :
1. Sivitas
akademika
2. Budaya Akademik
3. Kebebasan akademik
4. Mimbar Akademik
5. Adminstrasi akademik
Sivitas Akademika
Karena kita sebagai warga negara Indonesia, Saya tampilkan
pengertian istilah tersebut dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi atau saya ringkas saja dengan UU12/2012.
Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri
atas dosen dan mahasiswa. Jadi
ketika dosen dengan mahasiswa berkomunikasi, maka disebut komunikasi sivitas
akademika. Dosen itu adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dan, Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Kata 'dan' pada arti sivitas akademika menunjukkan bahwa antara dosen dan mahasiswa ada kesetaraan posisi dalam komunikasinya. Tidak sesuai dengan budaya komunikasi kampus, bila seorang dosen menampilkan kesewenang-wenangan dalam komunikasi.
Sebagai pendidik
profesional dan ilmuwan, tiga pekerjaan dosen itu disebut dengan tridarma
perguruan tinggi. Ketiganya adalah melakukan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Tiga pekerjaan itu menjadi sumber daya ilmu dari dosen yang dapat diambil manfaatnya oleh mahasiswa. Manfaat ilmu pengetahuan
ekonominya, sikap akademiknya dan ketrampilannya. Tentu kita harus tahu juga
pendidikan itu apa ? penelitian itu apa ? dan pengabdian kepada masyarakat itu
apa ? Pengetahuan ini akan memudahkan Anda untuk membangun komunikasi sivitas
akademika dalam rangka pengambilan manfaat tadi.
Budaya Akademik, Ilmu Pengetahuan, Kebebasan Akademik dan Mimbar Akademik
Lantas akademik
itu apa sih ? ko terkesan spesial banget ? Kata itu adalah warisan dari Plato yang pemikirannya muncul sejak 429 sebelum masehi (SM) atau 4 abad lebih
sebelum Nabi Isa AS lahir. Dalam Bahasa Yunani Kuno, akademik adalah ’Ἀκαδημία’. Istilah yang berasal dari
seorang pahlawan perang Troya (Trojan War) – Hakademus. Sebuah tempat untuk pembelajaran. Aristoteles
adalah salah satu murid Plato yang belajar di tempat yang disebut dengan ‘akademia’.
Jadi, istilah akademik yang kita impor ini telah berumur kurang lebih 2021 + 429
tahun atau sama dengan 2 449 tahun. 'Wow' ngga sih ? Silahkan Anda dapat memetik apa dari sepenggal cerita tadi. Setidaknya,
pemahaman yang dapat Saya share, akademik adalah tempat kita belajar mengoptimalkan
penggunaan akal pikiran atau apa yang disebut dengan jiwa. Seperti dalam salah
satu penggalan lirik Indonesia Raya, ”bangunlah jiwanya, bangunlah raganya…”.
Oleh karena itu, kita bisa memahami bahwa dalam UU12/2012 itu sivitas akademika adalah komunitas yang memiliki tradisi ilmiah yang mengembangkan budaya akademik. Budaya akademik adalah seluruh sistem nilai, gagasan, norma, tindakan, dan karya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan asas pendidikan tinggi. Pengembangan budaya akademik dilakukan dengan interaksi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, antargolongan, jenis kelamin, kedudukan sosial, tingkat kemampuan ekonomi, dan aliran politik. Interaksi sosial sivitas akademik dilakukan dalam pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, penguasaan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah. Sivitas akademika memelihara dan mengembangkan budaya akademik itu dengan memperlakukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai proses dan produk serta sebagai amal dan paradigma moral.
Frase ilmu
pengetahuan melekat dalam sivitas akademika. Lantas apa pula ’ilmu pengetahuan”
itu ? Baik, kita pahami secara ringkas saja. Tanaman padi yang kita lihat adalah
sebuah pengetahuan. Kita tahu ketika kita menggunakan indera mata dan memori. Memori yang
bersumber dari informasi yang kita terima dari orang tua, guru dan sebuah buku,
atau dari pendidikan sebelumnya. Kemudian, padi dapat tumbuh dengan pengairan
yang cukup. Hubungan padi dengan air itu kita namakan dengan istilah ’ilmu’. Jadi,
sederhananya, dapat dipahami bahwa ilmu itu menampilkan hubungan suatu obyek
dengan obyek lainnya secara sistematis yang diyakinkan melalui suatu pembuktian dan pengujian
ilmiah. Pekerjaan untuk menguji secara ilmiah itulah yang nantinya kita akan
mengunyah apa yang disebut dengan metodologi. Informasi yang dihasilkan secara
ilmiah itulah yang dinamakan kebenaran ilmiah. Jadi, kita tidak akan lagi
menggunakan kebenaran otoritatif. Jika kata seorang raja obyek ini adalah
hitam, maka kita harus menerimanya sebagai hitam, tanpa memberi ruang pada
logika kita kenapa obyek itu disebut hitam oleh Sang Raja yang gagah berani.
Kita akan selalu menanyakan kenapa begini dan kenapa begitu sehingga jawabannya
menjadi makanan bagi jiwa kita, bagi akal sehat kita. Jawaban rasional itu adalah
air yang menumbuhkan intelektual Anda hingga mencapai karakter seorang sarjana.
Kita mesti bersyukur bahwa sivitas akademika diberikan kebebasan akademik dan mimbar akademik. Kebebasan akademik adalah kebebasan kita untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab melalui pelaksanaan Tridharma atau melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian adalah pekerjaan kita yang menggunakan metodologi ilmiah untuk memperjelas suatu sistem, sebesar apapun itu. Pengabdian adalah pekerjaan kita untuk menerapkan ilmu pengetahuan agar dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu masalah di masyarakat, sehingga masyarakat menerima manfaat dari ilmu pengetahuan yang diproduksi oleh kampus ini. Fasilitas yang ada di kampus, seperti ruang kelas, student center atau aula dapat kita gunakan sebagai mimbar akademik kita. Sebagai panggung bagi kita untuk menyampaikannya secara terbuka kepada seluruh sivitas akademika, sehingga mereka dapat menguji pikiran akademik itu. Nah, karenanya, kita ngga boleh bawa-bawa perasaan di kampus ini. Biarkan perasaan itu untuk ’si dia’ saja. Serangan kritis terhadap suatu pendapat atau argumen harus kita sikapi secara logis, tanpa dendam dan tanpa sakit hati. Sikap ini tidak secara otomatis, melainkan harus dilatih, diasah dan diasuh. Karena itu, barang siapa yang merintangi mimbar akademik, maka pihak itu sama artinya dengan menghambat tumbuhnya budaya akademik di kampus kita yang sedang kita butuhkan.
Administrasi Akademik
Kita perlu
macam-macam dokumen di kampus ini. Sebut saja salah satunya adalah
formulir rencana studi (FRS). Formulir
ini adalah alat untuk mendokumentasikan mata kuliah apa saja yang diambil pada
salah satu semester. Data mata kuliah pada formulir ini akan konek dengan administrasi
keuangan dan administrasi kelas, dan bahkan akan konek dengan administrasi
honorarium dosen. Pihak yang memproduksi macam-macam administrasi
akademik ini disebut dengan pihak Tenaga Kependidikan (Tendik). Nah kita juga
harus membangun komunikasi yang harmonis dengan rekan-rekan Tendik agar semua
aktivitas kita tercatat dan tersimpan atau terdokumentasi, sehingga dapat
digunakan oleh kampus untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya pada lembaga
akreditasi pemerintah dan non pemerintah. Lembaga itu kemudian akan menilai apakah kinerja akademiknya bagus atau tidak.
Teori : Alat Belajar Efektif
Ilmu dan pengetahuan tidak muncul dengan tiba-tiba. Ilmu pengetahuan diproduksi oleh sivitas
akademika dari zaman ke zaman. Dari pendulum yang telah menempuh peperangan berdarah.
Antara kebenaran logis dengan kebenaran empiris, hingga akhirnya saat ini kita
mengunyah ultimatenya. Cikal bakal ilmu pengetahuan telah berkembang sejak lama.
Sebut saja dari 6000 tahun lalu. Dari Mesir sebelah barat laut merah tempat
tumbuhan kerajaan Firaun, hingga ke arah timur, yaitu Eropa. Kemudian orang Eropa
migrasi ke Benua Amerika. Dan, perdabannya berkembang hingga Asia, tempat sekarang kita
hidup.
Pengorbanan pada pemikir
dulu yang memelajari suatu obyek selam bertahun-tahun, telah memberikan
kemudahan kepada kita. Kemudahan itulah yang disebut dengan ’teori’.
Pengetahuan dan ilmu kita tentang sesuatu obyek dan sistemnya dapat kita pahami
dalam waktu beberapa jam saja dengan cara memelajari teori.
Lantas teori itu
apa ya? Teori adalah alat. Alat untuk menjelaskan dan memprediksi suatu obyek.
Ketika kita mencoba memahami teori makaa da tiga elemen yang perlu kita bidik
dan kritisi, yaitu data, variabel dan asumsi perilaku atau kita ringkas dengan
DVA. Teori bukan doktrin. Bukan pula pernyataan tanpa bukti. Sebagai suatu alat
berpikir teori dilengkapi dengan teknik pengujiannya. Jadi jangan gegabah jika
seseorang mengatakan tentang teori, melainkan harus ditampilkan DVAnya.
Bagaimana kita
punya pemahaman awal tentang teori itu. Saya punya sesuatu yang bersifat
teknis, semoga upaya Saya bisa dipahami bener. Mari kita mulai dengan suatu ekspresi matematis yang sederhana:
Y = a + bX
Tanpa perlu secara
khusus kita alamatkan Y dan X itu pada suatu kehidupan, kita membaca ekspresi
itu sebagai suatu hubungan. Hubungan variabel Y dengan X. Jadi variabel adalah
simbol atau notasi tentang sesuatu. Baiklah, kita perlu suatu kehidupan. Sebutnya
Y itu adalah padi dan X itu adalah air. Jadi ekspresi tersebut menjelaskan hubungan
padi dengan air. Hubungannya positif. Kenapa ? karena tandanya positif. Kenapa
positif ? itu adalah asumsi atau anggapan yang kita masukan ke dalam hubungan
mereka. Dan anggapan adalah sifatnya imajinasi. Namun imajinasinya logis. Kita
bisa menerapkan imajinasi logis itu dengan argumen bahwa padi perlu air untuk
tumbuh, oleh karena itu keberadaan air di sawah menjadi sumber untuk
pertumbuhan padi. Argumen ini muncul dari diri kita juga sebetulnya. Manusia
perlu air untuk hidup. Begitupun semua mahluk hidup lain, tidak tekecuali dengan
padi. Asumsi bisa lebih dari satu. Asumsi lain yang bisa kita terapkan adalah
bahwa air itu adalah air bersih. Air yang tidak tercemar oleh limbah
pabrik, ari yang tidak mengandung racun. Kedua asumsi ini memperkuat bahwa
tanda parameter ‘b’nya itu positif. Jika asumsi kedua, yaitu tentang kualitas
air dilanggar atau tidak terjadi dalam kenyataanya, maka kita harus rela
mengubah tanda parameternya menjadi negatif, dengan alasan air yang mengandung
racun dapat mematikan padi. Nah, itu adalah gambaran ‘barbar’ tentang asumsi
perilaku yang menjadi elemen dari ekspresi matematis yang sedang kita bahas. Bagaimana dengan ‘data’. Data diperoleh
dari pengetahuan empiris. Kita selidiki, berapa luas lahan sawah yang ditanami
padi dan berapa liter air pada sawah itu. Ternyata luas tanaman padinya
1 hektar, dan genangan air dalam sawah itu 1000 meter kubik. Nah, itu adalah data. Kira-kira demikian ketika
kita sedang mengunyah teori di dalam kelas. Terlihat sulit kan ? atau terlihat
mudah ? Ngga masalah, kan ada dosen yang akan membantu Anda untuk mengunyahnya,
yang akan membantu Anda untuk memahaminya.
Oleh karena itu,
tanpa mengurangi rasa hormat, jika kita menerima suatu pernyataan dalam kelas
yang tidak jelas elemen teorinya, maka kita batalkan untuk menyebutnya dengan
teori. Dengan hormat kita hanya bisa menyebutkan dengan pernyataan subyektif tanpa
rasionalisasi atau dogma atau doktrin. Dan, kita bisa bebas menanyakan kenapa
begini dan kenapa begitunya. Tentu Saya pribadi sangat senang, karena pertanyaan
itu adalah pertanyaan seorang mahasiswa yang kritis yang sedang memerlukan
makanan rasionalitas bagi jiwanya, bagi pertumbuhan akal sehatnya. Saya tidak
akan marah, apalagi menjadi judes atau julid. Saya akan tersenyum lebar,
sembari deg-degan, bisa ngga yah menjelaskannya.
Semoga bermanfaat. Selamat belajar. Gaspoooollll
Yah, gimana gambar bisa masuk ke 'whatsapp' yah ?
REALITAS DAN DIGITAL
Transfer Data Teks
- Identifikasi 'letak' angka '70', yang ternyata ada diantara (26 = 64) dengan (27 = 128).
- Mulai menghitung dari batas yang lebih kecil dari '70', yaitu (26 = 64).
- Perhitungannya menggunakan 2 baris. Baris pertama digunakan untuk menguji konsistensinya.
Video 1. Peragaan Konversi Angka '70' menjadi 'Angka Biner'
Nah, proses 'jadul' itu sekarang 'mah' sudah bisa dibantu oleh alat konversi online: Rapidtables. Selanjutnya, Saya hanya bisa menjelaskan bahwa kode biner yang berlaku sekarang dikelola oleh American Standard Code for Information Interchange (ASCII).
Gambar 2. Tabel Konversi Angka ke dalam Kode Biner Online
- Kode '1000110' hasil konversi di dalam perangkat lunak handphone adalah paket atau 'barang' yang siap dikirim. Dikirim melalui gelombang listrik, bukan oleh seorang 'postman'. Bentuk 'paket' gelombangnya mungkin berbentuk diskrit seperti ini ya ?:
Gambar 3. Bentuk gelombang '1000110'
Kode biner bisa jadi energi listrik dan masuk ke gelombang elektromagnetik gimana ?Gelombang elektromagnetik ? tidak terlihat tapi eksis dalam kehidupan komunikasi.Siapa yang bikin gelombang elektromagnetik ?
Transfer Data Gambar Hingga Audio Visual
Pagi Hari ?
HARGA BBM DAN KESEIMBANGAN BIOECONOMIC INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP : Suatu Kerangka Teoritis
HARGA BBM DAN KESEIMBANGAN BIOECONOMIC INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP : Suatu Kerangka Teoritis
Yuhka SundayaArtikel ini Saya tulis ketika memelajari ekonomi produksi yang diaplikasikan pada masalah perikanan tangkap Tahun 2005.
1. Latar Belakang Masalah
Pencabutan subsidi berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah telah menyebabkan kenaikan harga BBM. BBM merupakan faktor produksi yang digunakan oleh hampir seluruh sektor ekonomi, sehingga kenaikan harga BBM dapat mendorong kenaikan dalam biaya total setiap sektor ekonomi, baik yang terkait dengan biaya produksi maupun biaya distribusinya. Secara aggregat kebijakan tersebut menyebabkan guncangan (shock) terhadap perekonomian nasional.
Dampak kenaikan harga BBM banyak pula dirasakan oleh nelayan dan perusahaan penangkapan ikan sebagai pelaku dalam industri perikanan tangkap. Input ini memengaruhi jarak jangkau pada zona penangkapan ikan tertentu di pesisir maupun samudra. Dikarenakan kekurangan aksesibilitas nelayan terhadap Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBBN) atau Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN), kenyataannya pelaku harvesting menerima harga BBM yang lebih mahal. Misalnya saja, di daerah Serang harga eceran solar mencapai Rp.2.400,- per liter sedangkan di daerah Kalipucang Kabupaten Ciamis pada tahun 2003 harga eceran solar per liter mencapai Rp.2.500. Sedangkan harga bensin oplosan untuk menghemat penggunaan oli mencapai Rp.3.000,- di daerah Cilacap.[1] Kalaupun harvester tidak membeli dari para tengkulak, maka mereka terpaksa menambah tambahan biaya transportasi. Dengan demikian tidak ada pilihan yang menguntungkan buat nelayan untuk membeli BBM dengan harga standar.
Oleh karena itu Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini mengeluarkan kebijakan, yang salah satunya adalah mempercepat dan memperbanyak pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN). Sementara itu DKP sendiri membangun upaya yang salah satunya adalah mengusulkan alokasi dana subsidi BBM kepada Menko Ekuin dan Menteri BAPPENAS sebesar Rp 600 Milyar.
Pada pihak lain, operasi penangkapan ikan terkait dengan kelestarian biodiversity laut dan pesisir atau cadangan ikan laut. Perilaku harvesting industri perikanan laut ditentukan pula oleh rezim kepemilikan sumberdaya laut dan pesisir (SDLP). Menurut Hardin dalam Daryanto (2004), rezim open access dapat mempercepat pengurasan cadangan suatu sumberdaya dibandingkan dengan rezim private property rights. Sementara rezim yang terakhir, efisien secara ekonomi, namun tidak menjamin adanya pemerataan manfaat suatu sumberdaya. Sementara itu salah satu tujuan pembangunan SDLP di Indonesia adalah memelihara kelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity) laut dan pesisir, sehingga penting untuk dikaji berbagai dampak kebijakan ekonomi dan status kepemilikan SDLP terhadap keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap.
2. Perumusan Masalah
Secara deduktif, bagaimanakah kenaikan harga BBM pada industri perikanan tangkap dijelaskan secara teoritis dalam konteks yang lebih luas kepada aspek kelestarian sumber daya perikanan laut ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam paper ini adalah melakukan ekplorasi teoritis dalam rangka memahami aspek produksi dan kelestarian sumber daya perikanan laut.
4. Manfaat
Hasil eskplorasi teoritis memiliki kontribusi terhadap manfaat disipliner, yaitu pada metode penelitian untuk melakukan penelitian empiris.
4. Kerangka Pemikiran Teoritis
4.1 Konsep Keseimbangan Bioeconomic Industri Perikanan Laut Tangkap dalam Dua Tipe Status Kepemilikan
Keseimbangan bioecnomic yaitu sebuah keseimbangan yang mengkombinasikan faktor biologis dengan faktor ekonomis. Keseimbangan bioeconomic merupakan eksploitasi optimum sektor atau industri perikanan laut dari sudut pandang biologi maupun sosial ekonomi (Fauzi, 2004 dan Hartwick, 1998).
Gambar 1 menjelaskan dengan ringkas konsep keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap secara grafis. Panel [a] menggambarkan sebuah fungsi produksi atau hasil tangkapan ikan. Dimana fungsi produksi adalah hubungan teknis yang mentransformasi input menjadi output atau dalam hal ini adalah komoditi ikan laut (KIL) (Debertin, 1986, 41). Coelli et al, (1998, 12) mengartikan pula bahwa fungsi produksi merupakan output maksimum yang dapat dicapai dari vektor input tertentu. Fungsi produksi tersebut diasumsikan memiliki sifat diminishing return atau hasil fisik yang semakin berkurang yang menjelaskan hubungan bahwa ketika penggunaan input terus meningkat, maka tambahan output akan semakin menurun. Operasi penangkapan pelaku industri perikanan tangkap diasumsikan hanya dideterminasi oleh BBM (B) dan tenaga kerja (L) saja yang saling melengkapi atau komplementer. Dalam jangka pendek jumlah kapal atau armada dan berbagai jenis dan jumlah alat tangkap yang merupakan komponen effort tidak berubah, sehingga total physical product (TPP) atau jumlah output secara fisik diekspresikan sebagai berikut :
TPP = f(B, L) [a]
Dimana TPP mencerminkan hasil tangkapan ikan dalam satuan ton, B adalah jumlah BBM dalam satuan liter dan L adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan orang.
Panel [a] menunjukkan total revenue atau total value product (TVP) dan lebih spesifik lagi diartikan sebagai nilai hasil tangkapan ikan laut yang diperoleh dari penjualan komoditi ikan laut oleh pelaku industri perikanan tangkap, sehingga secara matematis TVP diekspresikan sebagai berikut :
TVP = Po.TPP [b]
Dimana Po adalah harga pasar komoditi ikan laut yang berlaku pada pasar output atau komoditi ikan laut yang bersaing sempurna yang bersifat konstan, sedangkan TPP adalah total physical product atau jumlah output secara fisik yang telah dispesifikasi sebelumnya.
TFC dalam panel [a] adalah total factor cost atau total resource cost yang menunjukkan biaya total penangkapan ikan industri perikanan tangkap. Ketika industri perikanan tangkap hanya menggunakan BBM dan tenaga kerja, dan diasumsikan pasar kedua input ini bersaing sempurna, maka TFC diekspresikan sebagai berikut :
TFC = VBo.B + VLo.L [c]
TFC merupakan penjumlahan dari pengeluaran atas penggunaan sejumlah input B dan L yang digunakan oleh industri perikanan tangkap. Dimana VBo adalah harga input BBM dalam kondisi pasar BBM yang bersaing sempurna dan VLo adalah upah tenaga kerja dalam kondisi pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna.
Panel [b] menggambarkan value marginal product (VMP), average value product (AVP) dan marginal factor cost (MFC) yang akan menjelaskan bagaimana industri perikanan tangkap menentukan jumlah input dan harga outputnya untuk memperoleh keuntungan dari operasi penangkapan ikan. Secara umum VMPi adalah penerimaan uang yang dicapai dari tambahan unit input ke-i atau nilai terhadap pengusaha dari tambahan unit input ke-i, ketika output di jual pada harga yang konstan (Po). Secara matematis VMPi merupakan turunan pertama suatu fungsi produksi terhadap suatu input. AVPi adalah penerimaan rata-rata uang dari penggunaan satu satuan input ke-i. AVPi merupakan rasio antara TVP dengan input ke-i. Sedangkan MFCi adalah tambahan biaya dari tambahan unit input ke-i, yang secara matematis diperoleh dari turunan pertama TFC yang bersifat linear, sehingga MFCi akan bersifat konstan atau secara grafis akan berbentuk garis lurus horizontal (Debertin, 1986; 44)
Pada panel [b], VMPB adalah tambahan penerimaan uang dari tambahan unit penggunaan BBM, AVPB adalah penerimaan rata-rata uang dari penggunaan satu satuan BBM dan MFCB adalah tambahan biaya uang dari tambahan penggunaan satu satuan BBM.[2]
Menurut Hartwick (1997, 104-118) dan Fauzi (2004), jika suatu sumberdaya dimiliki oleh sole owner atau dimiliki secara private (private property rights - PP), maka pelaku industri perikanan tangkap akan memaksimisasi keuntungan ketika tambahan penerimaan (marginal revenue) sama dengan tambahan pengeluaran (marginal cost). Dalam panel [b] marginal revenue sepadan (equivalen) dengan VMP, sedangkan marginal cost sepadan dengan MFC. Dalam pasar input yang bersaing sempurna, MFC bersifat konstan atau sama dengan harga inputnya (V). Dalam pasar BBM, PERTAMINA tidak akan mengubah harganya untuk berapapun jumlah BBM yang dibeli. Dengan demikian dalam status kepemilikan private propverty, pelaku industri perikanan tangkap akan menggunakan BBM (B) sebesar 0B1PP, yaitu ketika VMPB berpotongan dengan MFCB atau VB. Sehingga total cost operasi penangkapan ikan sebesar 0B1PPMVB. Pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan ini akan menetapkan harga komoditi ikan laut sebesar 0P1PP, yang disesuaikan dengan kurva permintaan outputnya atau sepadan dengan kurva AVPB. Dengan demikian pelaku industri perikanan tangkap akan memperoleh penerimaan sebesar 0B1PPNP1PP, sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar VBMNP1PP (selisih penerimaan dengan pengeluaran). Dimana nilai hasil tangkapan yang telah mendukung keuntungan tersebut ditunjukkan dalam panel [a], yaitu sebesar 0TVP1PP.[3]
Selanjutnya, jika suatu sumberdaya tidak dimiliki secara private atau terbuka untuk umum (open access-OA) yang berarti siapapun boleh masuk dalam kegiatan penangkapan ikan di laut dan pesisir, maka pelaku industri perikanan tangkap akan memaksimisasi keuntungan ketika total revenue sama dengan total cost. Dalam panel [b] perilaku ini ditunjukkan ketika penerimaan average revenue sama dengan marginal cost. Dimana average revenue tersebut sepadan dengan AVPB dan marginal cost sepadan dengan MFCB. Oleh karena itu ketika AVPB berpotongan dengan MFCB, maka pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open acces akan menggunakan BBM (B) sebanyak 0B1OA. Dan harga komoditi ikan laut yang ditawarkan sama dengan tambahan biaya uang atas penggunaan satu satuan BBM (MFCB). Dengan demikian pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan ini akan memperoleh keuntungan sebesar 0 (nol), karena penerimaan dan pengeluaran sama besarnya yaitu sebesar 0B1OALVB. Dimana nilai hasil tangkapan yang telah mendukung keuntungan tersebut ditunjukkan dalam panel [a] sebesar 0TVP1OA.
Panel [c] mencerminkan kondisi stok ikan laut yang dipengaruhi oleh jumlah tangkapan ikan dalam operasi penangkapan ikan oleh pelaku industri perikanan tangkap dan kondisi biologis ikan Dengan asumsi kapasitas stok ikan laut berada dalam kondisi carrying capacity (0Xcc) atau stok ikan tidak mengalami pertumbuhan lagi (F(x) = 0), maka hasil tangkapan oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open acces sebesar 0TPP1OA akan menghabiskan seluruh stok ikan tersebut, sedangkan hasil tangkapan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private property sebesar 0TPP1PP akan menyisakan stok ikan sebesar 0X1 atau 0XMSY dengan kondisi tingkat pertumbuhan ikan laut mencapai titik yang maksimum (maximum sustainable yield). Dimana pada tingkat hasil tangkapan terakhir ini menyebabkan adanya penurunan persaingan makanan bagi populasi ikan pada ekosistem tertentu, sehingga memungkinkan populasi ikan tumbuh secara maksimum (Fauzi, 2004 dan Harwick, 1997; 101-104).
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan BBM oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut yang dikelola secara private lebih kecil dibandingkan dengan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut open access. Hasilnya, pertama, pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan memperoleh keuntungan positif, sedangkan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access keuntungannya sama dengan nol (0), dan kedua, dilihat dari aspek kelestarian stok ikan laut, nampaknya pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private dapat melestarikan stok ikan laut dibandingkan dengan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access. Jumlah tangkapan ikan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut yang bersifat private lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tangkapan ikan dengan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access.
4.2 Pengaruh subsidi BBM dan Perluasan SPDN terhadap Keseimbangan bioeconomic Industri Perikanan Laut Tangkap dalam Status Kepemilikan Private dan Open Acces
Gambar 2. Dampak Subsidi BBM terhadap Keseimbangan bioeconomic Industri Perikanan Laut
Sementara itu jika status kepemilikan bersifat open access (OA), dalam panel [b] ditunjukkan penggunaan BBM pelaku industri perikanan tangkap akan sebesar 0B1OA yang mana harga komoditi ikan setara dengan harga BBM ditambah dengan margin dari tengkulak (VB – S+MT). Penggunaan BBM dalam status kepemilikan open access lebih besar dibandingkan dalam sifat kepemilikan private. Dalam panel [a], dengan penggunaan BBM sebesar 0B1OA, para pelaku industri perikanan tangkap akan memperoleh nilai hasil tangkapan ikan laut sebesar 0TVP1OA, lebih besar dari nilai hasil tangkapan dalam sifat kepemilikan private. Namun demikian dalam panel [b], pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access tidak akan memperoleh keuntungan positif. Dan dalam panel [c], dengan penggunaan input sebesar 0B1OA, pada tingkat harga komoditi ikan tertentu, maka jumlah fisik hasil tangkapan (TPP) akan sebesar 0TPP1OA. Dimana hasil tangkapan ini diperkirakan akan menyebabkan terjadinya kelebihan tangkap (overfishing), sehingga seluruh stok ikan sebanyak 0XCC akan habis. Operasi penangkapan dalam status kepemilikan open access tidak menyisakan stok ikan laut, sehingga diperkirakan stok ikan di laut akan cepat terkuras habis.
Selanjutnya, ketika pemerintah mencabut subsidi BBM, maka kebijakan ini akan mempengaruhi harga BBM secara langsung. Diasumsikan bahwa subsidi BBM diberikan dalam nilai rupiah per liter BBM atau sebesar “S”. Dengan demikian, jika subsidi BBM dicabut, maka harga BBM menjadi VBMT (VB – S + MT + S), sehingga tambahan biaya uang atas penggunaan satu satuan BBM akan meningkat dari MFCB1 ke MFCB2. Pengaruh kebijakan ini ditunjukkan dalam panel [b] gambar 2. Ketika harga BBM menjadi VBMT, maka pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan mengurangi penggunaan BBM menjadi sebesar 0B2PP, yang diputuskan ketika tambahan penerimaan uang atas penggunaan satu satuan BBM (VMPB) sama dengan tambahan biaya uang atas tambahan satu satuan penggunaan BBM tanpa subsidi (MFCB2). Sedangkan bagi pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access akan menurunkan penggunaan BBM nya menjadi sebesar 0B2OA, yang diputuskan ketika penerimaan rata-rata dari penggunaan satu satuan BBM (AVPB) sama dengan tambahan biaya atas penggunaan satu-satuan BBM (MFCB).
Dengan menurunnya penggunaan BBM dalam dua tipe status kepemilikan tersebut, maka dalam panel [a] ditunjukkan bahwa nilai hasil tangkapan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private sebesar 0TVP2PP. Dimana dalam panel [b] nilai tangkapan ini akan mengurangi keuntungan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private menjadi sebesar VB+MTRSP2PP atau sebesar luas persegi panjang keuntungan 2 PP yang lebih kecil dari keuntungan PPS. Sedangkan dalam status kepemilikan open access, penggunaan BBM sebanyak 0B2OA akan memberikan nilai hasil tangkapan sebesar 0TVP2OA.
Pada tingkat harga komoditi ikan laut tertentu, maka jumlah tangkapan industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan menurun dari 0TPP1PP menjadi 0TPP2PP, sedangkan jumlah tangkapan industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access akan menurun dari 0TPP1OA menjadi 0TPP2OA.
Kondisi stok ikan laut yang diakibatkan oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private setelah dicabutnya subsidi BBM menyebabkan kondisi stok ikan laut tersebut mengalami pertumbuhan yang menurun. Jumlah tangkapan ikan 0TPP2PP adalah jumlah hasil tangkapan yang tidak memaksimumkan pertumbuhan stok ikan. Jika stok ikan berlebihan, maka tingkat persaingan makanan dan ruang menjadi sempit sehingga tidak kondusif untuk meningkatkan pertumbuhan ikan laut. Sedangkan kebijakan pencabutan subsidi terhadap stok ikan laut yang diintroduksi oleh pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan laut open ecces menyebabkan menurunnya tingkat overfising atau kelebihan tangkap.
Selanjutnya, gambar 3 ditampilkan untuk menjelaskan secara grafis pengaruh perluasan sollar packed dealer untuk nelayan (SPDN) terhadap keseimbangan bioeconomic industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private. SPDN adalah tempat penyaluran BBM jenis solar di lokasi penangkapan ikan yang dibangun untuk memudahkan akses pelaku industri perikanan tangkap terhadap BBM. Keberadaan SPDN diharapkan akan mereduksi biaya transportasi yang selama ini dikeluarkan oleh pelaku industri perikanan tangkap karena aksesibilitas terhadap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) cukup jauh. Oleh karena itu, kondisi ini memberikan peluang bagi pelaku ekonomi lainnya (tengkulak) untuk menjual BBM kepada para pelaku industri perikanan tangkap dengan harga yang lebih tinggi.
Ketika program SPDN Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) dan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) direalisasikan di seluruh titik pelabuhan penangkapan ikan, maka akibatnya akan meniadakan hubungan tengkulak BBM dengan pelaku industri perikanan tangkap. Oleh karena itu pembangunan SPDN dapat mereduksi harga BBM dari VB+MT menjadi VB, yaitu harga yang telah ditetapkan oleh PERTAMINA.
Dalam panel [b] dampak penurunan harga dari VB+MT menjadi VB,SPDN meyebabkan MFCB turun dari MFCB+MT ke MFCB2SPDN. Penurunan harga tersebut menyebabkan kenaikan penggunaan BBM baik oleh pelaku industri perikanan tangkap pada status kepemilikan private maupun open acces, hanya saja penggunaan BBM dalam private property rights akan lebih kecil dibandingkan dengan open access. Untuk penyederhanaan analisis, sementara peranan status kepemilikan laut open access dalam keseimbangan bioeconomic dikeluarkan dulu.
Dalam panel [b] ditunjukkan bahwa pembangunan SPDN menyebabkan kenaikan permintaan BBM menjadi 0B1SPDN bagi pelaku industri perikanan tangkap pada status kepemilikan private. Dalam panel [a], dengan penggunaan BBM sebesar 0B1SPDN, maka hasil tangkapan ikan dari operasi penangkapan pelaku industri perikanan tangkap akan meningkat menjadi 0TVP1SPDN. Kembali pada panel [b], pelaku industri perikanan tangkap tersebut akan menetapkan harga menjadi P1. Dengan penggunaan BBM sebesar 0B1SPDN, maka biaya penangkapan yang dikeluarkan sebesar 0B1SPDNMVBSPDN, dan penerimaan pada harga P1 sebesar 0B1SPDNNP1, sehingga mereka akan memperoleh keuntungan sebesar VBSPDNMNP1 atau seluas keuntunganSPDN.
Dampak pembangunan SPDN terhadap kondisi stok ikan ditunjukkan dalam panel [c]. Dimana pada tingkat harga tertentu jumlah tangkapan ikan laut akan meningkat menjadi 0TPPSPDN, yang diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan ikan (F(X)) mencapai titik yang maksimum.
5. Hipotesis
Dari kerangka teoritis tersebut diuraikan beberapa kesimpulan sementara sebagai berikut :
- Kebijakan pemerintah dalam mencabut subsidi BBM secara langsung menyebabkan kenaikan harga BBM, yang menyebabkan penurunan penggunaan BBM bagi pelakuindustri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private maupun open access. Hanya saja penggunaan BBM pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan private lebih kecil dibandingkan penggunaan BBM oleh pelaku industri perikanan tangkapdalam ststus kepemilikan open access. Sedangkan dampak perluasan pembangunan SPDN secara langsung dapat mereduksi harga BBM yang menyebabkan kenaikan penggunaan BBM pelaku industri perikanan tangkapdalam dua status kepemilikan laut tersebut.
- Penurunan penggunaan BBM menyebabkan turunnya hasil tangkapan ikan laut dalam operasi penangkapan pelaku industri perikanan tangkapdalam dua status kepemilikan. Hanya saja, hasil tangkapan ikan laut pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan open access lebih besar dibandingkan pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan private, sehingga keuntungan pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private akan menurun, sedangkan keuntungan pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan open access tidak mengalami perubahan, yaitu tetap nol (0), mengingat sifat dari perilaku maksimisasi keuntungannya.
- Menurunnya hasil tangkapan bagi pelaku industri perikanan tangkap dalam status kepemilikan private dapat menyebabkan pertumbuhan stok ikan laut menurun, sedangkan bagi pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan open acces, kebijakan pencabutan subsidi dapat mengurangi tingkat overfishing. Dan ketika pemerintah memperluas pembangunan SPDN, maka penggunaan BBM akan meningkat yang menyebabkan kenaikan hasil tangkapan. Kenaikan tangkapan ini dapat menyebabkan meningkatnya overfishing bagi pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan open access atau tercapainya pertumbuhan stok ikan yang maksimum bagi pelaku industri perikanan tangkapdalam status kepemilikan private.
Daftar Pustaka
Coelli, Tim, Rao, Battese.1998. An Intoduction to Efficiency and Productivity Analysis. Kluwer Academic Publisher, Boston/Dordrecht/London.
Debertin, D. 1986. Agricultural Production Ecoomics. Gollier Macmillan Publisher. London.
Önal, H. 1996. Optimum Management of a Hierarchically Exploited Open Acces Resource : A Multilevel Optimization Approach. AJAE. 78 (May 1996) : 448-159.
Eggert. H and Tveteras, R. 2004. Stochastic Production And Heterogeneous Risk Preference : Commercial Fishers’ Gear Choices. AJAE (February 2004) : 199-212.
Arnason, R at al., 2004. Optimal Feedback Controls : Comparative Evaluation of The Con Fisheries in Denmark, Iceland, and Norway. AJAE (May 2004) : 531-542.
Bjørndal et al, 2000. International Management Strategies for a Migratory Fish Stock : A Bionomic Simulation Model of Norwegian Spring-Spawning Heering Fishery. Centre for Fisheries Norway.
Pearce D.W. and Turner. R.K. 1990. Economic of Natural Resource and The Environtment. Harvester Wheatsheaf. New Yok.
Hartwick. J and Olewiler N.D. 1986. The Economics of Natural Resource Use. Harper & Row, Publisher. New York.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. Pt. Gramedia. Jakarta.
[1] http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2005/03/02/brk,20050302-25,id.html
[3] Fungsi keuntungan IPLT didefinisikan sebagai berikut :
p = TVP – TFC
p = Po.TPP – VB.B – VL .L
p = Po.f(B, L) – VB.B – VL .L
Kondisi perlu turunan pertama (first order necessarry condition-FONC) yang menunjukkan kondisi yang harus dipegang untuk mencapai maksimisai atau minimisasi keuntungan, dimana :
dp/dB = Po.fB – VB = Po.MPPB – MFCB = VMPB – MFCB = 0, sehingga VMPB = MFCB
dp/dL = Po.fL – VL = Po.MPPL – MFCL = VMPL – MFCL = 0, sehingga VMPL = MFCL
Ketika VMPi = MFCi, menunjukkan bahwa tambahan penerimaan uang atas tambahan penggunaan satu satuan input ke-i sama dengan tambahan pengeluaran uang atas tambahan penggunaan satu satuan input ke-i tersebut dalam suatu proses produksi. Dalam panel [b] jumlah B yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan laut yang dikelola secara private ditetapkan ketika VMPB = MFCB, yaitu sebesar 0B1PP.
Untuk mengidentifikasi apakah keuntungannya maksimum atau minimum, maka diperlukan kondisi cukup turunan kedua (second order sufficient condition - SOFC), yaitu :
d2p/dB2 = Po.f’B = Po.(dMPPB/dB) = dVMPB, jika d2p/dB2 > 0, maka akan diperoleh keuntungan minimum, dan ketika d2p/dB2 < 0, maka akan diperoleh keuntungan maksimum. Begitupun halnya dengan turunan kedua fungsi keuntungan terhadap tenaga kerja, dimana :
d2p/dL2 = Po.f’L = Po.(dMPPL/dB) = dVMPL, jika d2p/dL2 > 0, maka akan diperoleh keuntungan minimum, dan ketika d2p/dL2 < 0, maka akan diperoleh keuntungan maksimum.
Verifikasi Google
google-site-verification: google67145768451a2970.html
-
IDE IBN KHALDUN TENTANG KEUNTUNGAN DAN REZEKI Yuhka Sundaya Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba Sekitar 7 abad yang lalu telah hadir cende...
-
Masyarakat Adat di Kota Cimahi Yuhka Sundaya Departemen Ekonomi Pembangunan Unisba 2020 Prolog Rencana ‘momotoran’ di Kota Cimahi ...
-
SISTEM EKONOMI PASAR dan LAPTOP SI UNYIL Yuhka Sundaya Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung yuhkas@yahoo.com 2009 “Ada-ada s...